MEMASUKI PENDERITAAN MENDERITA, SIAPA TAKUT?

October 24, 2014 - Author: caroline - Comments are closed

“Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat. Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudusNya. Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa mulia dan kayanya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan! Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” (Kolose 1: 24-29).

Mampukah kita menghayati penderitaan sebagai peristiwa sukacita? Bagi manusia zaman sekarang hampir bisa dipastikan hal ini adalah sesuatu yang mustahil. Tetapi bagi murid Kristus, memaknai penderitaan sebagai sukacita, bukanlah hal yang mustahil. Hanya ada satu syarat yang harus kita penuhi yaitu memiliki pemahaman yang benar dan utuh tentang firman Tuhan.

Pemahaman yang benar dan utuh terhadap firman Tuhan memberikan kekuatan dalam menjalani penderitaan penuh rasa sukacita. Oleh karena itu kita perlu mengembangkan minat membaca Alkitab. Dengan membaca dan merenungkan sabda Allah secara pribadi, kita akan mengalami sendiri kasih dan cinta Tuhan terhadap diri kita.

Melalui Alkitab, kita mengetahui bahwa penderitaan Paulus benar-benar pengalaman nyata sebagaimana pengalaman sukacitanya. Ia sungguh-sungguh bersukacita karena penderitaan yang dialaminya. Mengapa Paulus tetap bersukacita meski berada di tengah-tengah penderitaan?

Paulus bersukacita karena ia boleh menderita untuk jemaat Kolose. Ia bersukacita karena melalui penderitaannya, ia telah menyukakan hati Tuhan. Tujuan pelayanan Paulus dan juga kita adalah menyukacitakan hati Tuhan dengan mengantarkan jemaat kepada Tuhan. Mengantarkan jemaat kepada pengenalan utuh pada Tuhan merupakan pekerjaan berat. Tapi Paulus menanggung semuanya penuh sukacita. Paulus juga bersukacita karena boleh menderita untuk meneruskan penderitaan Kristus. Memang penderitaan Kristus sudah sempurna tetapi Paulus memberi penekanan dan pemaknaan terhadap penderitaannya sebagai penerusan penderitaan Yesus dalam membangun gerejaNya. Artinya dia telah memikul salib yang dulu pernah dipikul Kristus. Seperti gurunya, Paulus akan berbahagia bila ia diperkenankan menderita. Dan memang pada akhirnya darah Paulus menyirami dan menyuburkan pertumbuhan gereja. Kepalanya dipenggal.

 

Demi mempertimbangkan penderitaan para pejuang gereja, sudah selayaknya kita selalu mengucap syukur apabila mengalami penderitaan demi kemuliaan Tuhan kita. Seperti Paulus, kita bersukacita karena kita menderita sebagai orang pilihan Kristus. Sukacita karena penderitaan itu baru dapat kita alami apabila kita memahami dengan sungguh-sungguh anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita.

 

 

 

Cuma-cuma

 

Paulus merasakan sukacita dalam hidupnya karena turut berpartisipasi dalam penderitaan Kristus. Sukacita itu mengalir dari kesadaran sebagai pengikut Kristus dan mempengaruhi seluruh hidup dan pelayanannya. Yang pertama, Paulus bersukacita karena menyadari bahwa dirinya melayani Tuhan Yesus sendiri.  Melayani itu berarti bekerja; melayani itu berarti mencintai; melayani itu identik dengan menderita demi kebenaran.

 

Yang kedua, Paulus menyadari bahwa di dalam semangat pelayanan tersebut ia bukanlah bos yang harus dilayani. Dia sadar betul dirinya merupakan bagian dari kesulitan dan perjuangan demi pemberitaan Injil. Dia sadar bahwa sukacita di dalam penderitaan itu hanya mungkin diterima dan dijalani dengan memahami firman yang hidup, yang merupakan rahasia dari Allah yang hidup pula. Hal itu merupakan rahasia yang tidak diketahui setiap orang bahwa kita diterima secara cuma-cuma dan personal. Itulah yang disebut sebagai special grace yaitu anugerah khusus yang diterima karena boleh mengenal dan menerima serta mengalami keselamatan dalam Kristus. Sementara itu ada pula yang disebut anugerah umum yaitu anugerah untuk mengerti kebenaran tentang alam semesta. Tetapi anugerah khusus adalah ketika kita dibawa kepada Kristus. Kita telah memiliki Dia, mengapa kita tidak bersuka cita. Kita akan bersukacita apabila kita hidup dengan benar sehingga kita akan mengerti bahwa penderitaan yang kita alami bukanlah apa-apa karena Kristus sendiri telah menderita bagi kita.

 

Lelakon penderitaan Kristus sebagai Sang Juru Selamat itu mesti kita wartakan. Di pundak kita ada tanggung jawab untuk memberitakan kabar keselamatan meskipun kita mendapatkan penolakan dan mengalami hambatan. Saya tidak akan memanipulasi pewartaan keselamatan ini sebagai jalan yang penuh dengan bunga melainkan saya menegaskan bahwa jalan keselamatan memang sempit, berliku dan penuh dengan duri. Saya tidak mau menipu jemaat dengan ekstasi. Kita belum terlambat memperbaiki, harus jujur. Jangan sampai Tuhan berkata bahwa kita bukanlah hamba yang baik. Penderitaan adalah jalan menuju kehidupan dan sebuah kesempatan untuk hidup lebih dekat denganNya. Jadi bersukacita dan bersyukurlah apabila boleh menderita demi kemuliaan Allah yang semakin besar.

Perjalanan masih jauh tetapi Tuhan menyertai engkau. Kemenangan menantimu karena engkau kuat menanggung semua penderitaan dan engkau pasti kuat apabila engkau bergantung kepada Dia, Tuhan kita.

 

 

5 artikel terakhir oleh caroline

Categories: Artikel & Tips