Pelayan Tuhan yang Mempunyai Hati Hamba-1 : Mar 01

February 24, 2009 - Author: admin - Comments are closed

 

Ada banyak bentuk pelayanan dan kepemimpinan di dunia dan gereja hari-hari ini, tetapi Tuhan sedang mencari seseorang yang berkenan di hatiNya. Karena mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Pelayan Tuhan yang mempunyai hati hamba adalah pelayan/pemimpin yang berkenan di hatiNya.

Apa yang diperlukan untuk menjadi seorang hamba?

1. Hamba yang sesungguhnya berbakti secara penuh kepada Tuhan (Mazmur 119:10,Mazmur 86:11). Hamba yang sesungguhnya melayani Tuhan dengan segenap hatinya. Ia mengikuti tuannya dan menuruti perintahnya. Raja Daud disebut sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan. Ia telah melakukan kehendak Tuhan pada jamannya, sejak ia masih remaja, bahkan sampai ia telah menjadi raja Israel. Adalah satu hal, jika seseorang mengikuti Tuhan ketika ia bukan siapa-siapa, tetapi adalah hal yang lain, jika ia tetap dengan setia menaati Tuhan setelah ia menjadi ‘seseorang’. Raja Daud konsisten dalam perjalanannya bersama Tuhan, ia selalu menanyakan petunjuk Tuhan dan menaati instruksiNya di setiap pertempuran dan keputusan yang harus ia buat, walaupun dia sendiri bukannya tanpa cela/dosa.

2. Hamba yang sesungguhnya melihat pelayanan sebagai suatu sukacita dan bukannya sebagai suatu kewajiban (Mazmur 100:2, 1 Timotius 1:12). Hamba yang sesungguhnya, melayani Tuhan dengan sukacita dan kegembiraan. Hamba yang sesungguhnya tidak melihat pelayanan sebagai suatu kewajiban. Kita ditebus oleh darah anak domba yang bernilai dan kita sungguh-sungguh berterimakasih atas apa yang telah Yesus lakukan bagi kita di atas kayu salib. Kita diselamatkan oleh kasih karunia dan bukan karena perbuatan baik kita. Jika kita memiliki pengertian mengenai kebenaran ini, maka kita akan dapat melihat pelayanan sebagai sebuah tindakan syukur kepada Tuhan dan kita akan mampu melayani Tuhan dengan hati yang mengucap syukur. Sebaliknya, jika kita tidak melihat arti yang sebenarnya dari pelayanan, maka kewajiban dalam jangka waktu lama, akan membawa kelelahan dan menjadi beban bagi kita.

3. Hamba yang sesungguhnya dimotivasi oleh apa yang dipikirkan oleh Tuhan dan bukannya oleh apa yang dipikirkan oleh orang lain (Galatia 1:10). Apapun juga yang engkau lakukan, lakukanlah itu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Hamba yang sesungguhnya berfokus dan dimotivasi oleh tuannya. Pendapat Tuhan adalah prioritas utama dalam hidupnya. Ketika Yusuf mengetahui bahwa Maria mengandung sebelum mereka menikah, Yusuf menjadi patah hati dan kecewa, ia bahkan hampir menelantarkan Maria secara diam-diam. Bagaimana dia bisa menghadapi orang banyak? Bagaimana dia bisa menjelaskan hal itu kepada orang-orang di sekitar dia? Apa yang akan dipikirkan oleh orang lain mengenai dia dan Maria? Bahkan jika dia berusaha untuk menjelaskan, sebagian besar orang-orang tidak akan mempercayai dia. Akhirnya, Yusuf menaati Tuhan untuk mengambil Maria dan anaknya.

4. Hamba yang sesungguhnya tidak mengkritik pelayanan orang lain (Roma 14:4). Suatu hari seorang pezinah dibawa kepada Yesus. Orang-orang Farisi menanti keputusan Yesus mengenai nasib pezinah tersebut. Mereka siap untuk melempari perempuan tersebut sampai mati dengan batu, tetapi Yesus berkata kepada mereka, biarlah mereka yang tidak berdosa menjadi orang pertama yang melemparkan batu. Siapakah kita sehingga kita menghakimi? Setiap hamba bertanggung-jawab kepada tuannya. Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Matius 7:1-5) Janganlah kita menghakimi saudara kita karena kita akan berdiri di depan kursi penghakiman Kristus.

5. Hamba yang sesungguhnya memberikan kemuliaan kepada Tuhan (1 Petrus 4:10-11). Hamba yang sesungguhnya hanya melayani dengan tujuan untuk menyenangkan Tuannya, serta mencapai tujuan dan rencanaNya. Hamba yang setia bukanlah seseorang yang hanya mengikuti tuannya, tetapi juga seseorang yang menggunakan karunia dan talentanya untuk memuliakan Tuhan dengan cara menegur satu sama lain, membangun tubuh Kristus dan memajukan kerajaan Tuhan di bumi. Biarlah segala sesuatu yang ia lakukan ia berikan kepada Tuhan dan bukan untuk agendanya sendiri sehingga tak satupun mencuri kemuliaanNya.

Yesus tidak datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan hidupnya sebagai tebusan bagi banyak orang. Untuk mereka yang ingin menjadi yang terbesar, mereka harus menjadi yang terkecil dan hamba bagi orang lain. Marilah kita mengikuti teladan dari Yesus, seorang pemimpin yang melayani dengan hati hamba, untuk melayani Tuhan kita yang berkuasa.

 

5 artikel terakhir oleh admin

Categories: Artikel & Tips