Kisah Martir

November 14, 2014 - Author: caroline

 

Luuuar Biasa!!! Blandina adalah seorang wanita Kristen berusia 14 tahun, yang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Ia dilahirkan di Lyon, Prancis pada tahun 162 M. Ia menjadi Kristen setelah mendengarkan berita Injil diusia remaja. Menjadi Kristen pada saat itu merupakan pilihan yang paling mengerikan karena agama Kristanten dicap sebagai agama sesat yang harus dimusnahkan. Sepuluh Kaisar Romawi dari tahun 54-305 M, secara sadis melakukan pembunuhan, penyaniayaan kepada siapa saja yang mengaku Kristen. Sejarah telah mencatat ada ribuan anak-anak Tuhan telah dibantai dengan cara dibakar hudup-hidup, disalibkan, digantung, disiramin ter mendidih, dicabik-cabik singa, menjadi mainan Banteng buas, dijadikan obor penerang jalan, digoreng hidup-hidup. Salah satu dari ribuan Martir yang mengalami penganiayaan kejam dibawa kekaisaran Romawi adalah Blandina.

Blandina memiliki postur tubuhnya lemah sehingga ia dipandang tidak akan mampu menjalani siksaan, tetapi ketabahannya sangat luar biasa sehingga penyiksanya menjadi kecapaian dengan pekerjaan mereka yang jahat. Ia kemudian dibawa ke amphitheater dengan tiga orang lainnya lalu digantung pada sepotong kayu yang ditancapkan di tanah dan dibiarkan menjadi makanan singa yang buas. Sementara mengalami penderitaannya, ia berdoa dengan tekun untuk teman-temannya dan menguatkan mereka. Namun, tidak satu pun dari singa-singa itu yang menyentuhnya,jadi ia dimasukkan ke dalam penjara lagi – itu terjadi dua kali. Kali terakhir ia dibawa keluar, ia ditemani oleh seorang remaja berusia 15 tahun Ponticus. Ketabahan iman mereka membuat marah orang banyak itu sehingga sekalipun ia wanita dan temannya masih muda, tidak dipandang sama sekali; dan mereka diserahkan pada hukuman dan siksaan yang paling kejam. Blandina dicabik-cabik oleh singa itu, dicambuk dan dimasukkan dalam jaring lalu diseruduk ke sana kemari oleh seekor banteng liar kemudian diletakkan di kursi logam yang merah menyala dalam keadaan telanjang. Ketika ia bisa berbicara, ia menasihati semua orang yang berada di dekatnya untuk berpaut kuat-kuat pada iman mereka. Ponticus bertahan sampai mati. Ketika penyiksa Blandina tidak mampu membuatnya mencabut imannya, mereka membunuhnya dengan pedang.

Semoga menguatkan.
Tuhan memberkati.

Comments are closed - Categories: Artikel & Tips

MEMASUKI PENDERITAAN MENDERITA, SIAPA TAKUT?

October 24, 2014 - Author: caroline

“Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat. Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudusNya. Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa mulia dan kayanya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan! Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” (Kolose 1: 24-29).

Mampukah kita menghayati penderitaan sebagai peristiwa sukacita? Bagi manusia zaman sekarang hampir bisa dipastikan hal ini adalah sesuatu yang mustahil. Tetapi bagi murid Kristus, memaknai penderitaan sebagai sukacita, bukanlah hal yang mustahil. Hanya ada satu syarat yang harus kita penuhi yaitu memiliki pemahaman yang benar dan utuh tentang firman Tuhan.

Pemahaman yang benar dan utuh terhadap firman Tuhan memberikan kekuatan dalam menjalani penderitaan penuh rasa sukacita. Oleh karena itu kita perlu mengembangkan minat membaca Alkitab. Dengan membaca dan merenungkan sabda Allah secara pribadi, kita akan mengalami sendiri kasih dan cinta Tuhan terhadap diri kita.

Melalui Alkitab, kita mengetahui bahwa penderitaan Paulus benar-benar pengalaman nyata sebagaimana pengalaman sukacitanya. Ia sungguh-sungguh bersukacita karena penderitaan yang dialaminya. Mengapa Paulus tetap bersukacita meski berada di tengah-tengah penderitaan?

Paulus bersukacita karena ia boleh menderita untuk jemaat Kolose. Ia bersukacita karena melalui penderitaannya, ia telah menyukakan hati Tuhan. Tujuan pelayanan Paulus dan juga kita adalah menyukacitakan hati Tuhan dengan mengantarkan jemaat kepada Tuhan. Mengantarkan jemaat kepada pengenalan utuh pada Tuhan merupakan pekerjaan berat. Tapi Paulus menanggung semuanya penuh sukacita. Paulus juga bersukacita karena boleh menderita untuk meneruskan penderitaan Kristus. Memang penderitaan Kristus sudah sempurna tetapi Paulus memberi penekanan dan pemaknaan terhadap penderitaannya sebagai penerusan penderitaan Yesus dalam membangun gerejaNya. Artinya dia telah memikul salib yang dulu pernah dipikul Kristus. Seperti gurunya, Paulus akan berbahagia bila ia diperkenankan menderita. Dan memang pada akhirnya darah Paulus menyirami dan menyuburkan pertumbuhan gereja. Kepalanya dipenggal.

 

Demi mempertimbangkan penderitaan para pejuang gereja, sudah selayaknya kita selalu mengucap syukur apabila mengalami penderitaan demi kemuliaan Tuhan kita. Seperti Paulus, kita bersukacita karena kita menderita sebagai orang pilihan Kristus. Sukacita karena penderitaan itu baru dapat kita alami apabila kita memahami dengan sungguh-sungguh anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita.

 

 

 

Cuma-cuma

 

Paulus merasakan sukacita dalam hidupnya karena turut berpartisipasi dalam penderitaan Kristus. Sukacita itu mengalir dari kesadaran sebagai pengikut Kristus dan mempengaruhi seluruh hidup dan pelayanannya. Yang pertama, Paulus bersukacita karena menyadari bahwa dirinya melayani Tuhan Yesus sendiri.  Melayani itu berarti bekerja; melayani itu berarti mencintai; melayani itu identik dengan menderita demi kebenaran.

 

Yang kedua, Paulus menyadari bahwa di dalam semangat pelayanan tersebut ia bukanlah bos yang harus dilayani. Dia sadar betul dirinya merupakan bagian dari kesulitan dan perjuangan demi pemberitaan Injil. Dia sadar bahwa sukacita di dalam penderitaan itu hanya mungkin diterima dan dijalani dengan memahami firman yang hidup, yang merupakan rahasia dari Allah yang hidup pula. Hal itu merupakan rahasia yang tidak diketahui setiap orang bahwa kita diterima secara cuma-cuma dan personal. Itulah yang disebut sebagai special grace yaitu anugerah khusus yang diterima karena boleh mengenal dan menerima serta mengalami keselamatan dalam Kristus. Sementara itu ada pula yang disebut anugerah umum yaitu anugerah untuk mengerti kebenaran tentang alam semesta. Tetapi anugerah khusus adalah ketika kita dibawa kepada Kristus. Kita telah memiliki Dia, mengapa kita tidak bersuka cita. Kita akan bersukacita apabila kita hidup dengan benar sehingga kita akan mengerti bahwa penderitaan yang kita alami bukanlah apa-apa karena Kristus sendiri telah menderita bagi kita.

 

Lelakon penderitaan Kristus sebagai Sang Juru Selamat itu mesti kita wartakan. Di pundak kita ada tanggung jawab untuk memberitakan kabar keselamatan meskipun kita mendapatkan penolakan dan mengalami hambatan. Saya tidak akan memanipulasi pewartaan keselamatan ini sebagai jalan yang penuh dengan bunga melainkan saya menegaskan bahwa jalan keselamatan memang sempit, berliku dan penuh dengan duri. Saya tidak mau menipu jemaat dengan ekstasi. Kita belum terlambat memperbaiki, harus jujur. Jangan sampai Tuhan berkata bahwa kita bukanlah hamba yang baik. Penderitaan adalah jalan menuju kehidupan dan sebuah kesempatan untuk hidup lebih dekat denganNya. Jadi bersukacita dan bersyukurlah apabila boleh menderita demi kemuliaan Allah yang semakin besar.

Perjalanan masih jauh tetapi Tuhan menyertai engkau. Kemenangan menantimu karena engkau kuat menanggung semua penderitaan dan engkau pasti kuat apabila engkau bergantung kepada Dia, Tuhan kita.

 

Comments are closed - Categories: Artikel & Tips

HIDUP BENAR DIHADAPAN TUHAN

October 7, 2014 - Author: caroline

Agar dapat menjadi “benar” dengan Tuhan, pertama-tama kita perlu tahu apa yang “salah.” jawabannya: dosa. “Tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.” (Mazmur 14:3). Kita telah memberontak melawan hukum-hukum Tuhan, kita “sekalian sesat seperti domba” (Yesaya 53:6).

Kabar buruknya adalah bahwa hukuman dosa adalah kematian. “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yehezkiel 18:4) Kabar baiknya adalah Allah yang Pengasih telah mencari kita untuk memberi kita keselamatan. Yesus mengumumkan bahwa maksud kedatanganNya adalah untuk “mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10), dan Dia mengumumkan bahwa rencanaNya sudah dipenuhi ketika Dia mati di atas salib dan mengatakan, “Sudah selesai!” (Yohanes 19:30).

Memiliki hubungan yang benar dengan Allah dimulai dengan mengakui dosa Anda. Langkah berikutnya adalah dengan rendah hati mengaku dosa kepada Tuhan (Yesaya 57:15) dan ketekadan untuk meninggalkan dosa. “Dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:10).

Penyesalan semacam ini harus dibarengi dengan iman. Khususnya iman kepada kematian dan kebangkitan Yesus yang memungkinkan Dia menjadi Juruselamat Anda. “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” (Roma 10:9). Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang berbicara mengenai pentingnya iman, seperti misalnya Yohanes 20:27, Kisah Rasul 16:31, Galatia 2:16, 3:11, 26 dan Efesus 2:8.

Menjadi benar dengan Tuhan adalah berhubungan dengan respon Anda terhadap apa yang Tuhan telah lakukan atas nama Anda. Dia mengirimkan Juruselamat, Dia menyediakan korban yang menghapus dosa-dosa Anda (Yohanes 1:29), dan Dia menawarkan janji ini, “Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.” (Kisah 2:21).

Ilustrasi yang indah mengenai penyesalan dan pengampunan ditemukan dalam perumpamaan Anak yang Hilang (Lukas 15:11-32). Anak yang bungsu menghambur-hamburkan pemberian ayahnya dalam dosa yang memalukan (ayat 13). Ketika dia mengakui kesalahannya, dia memutuskan untuk kembali ke rumah (ayat 18). Dia menganggap bahwa dia tidak akan dianggap sebagai anak lagi *ayat 19), tapi dia salah. Sang ayah tetap mengasihi sang pemberontak yang pulang ke rumah itu dengan kasih yang tidak berubah (ayat 20). Segala kesalahannya diampuni dan pesta diadakan (ayat 24).

Allah setia dalam memelihara janji-janjinya, termasuk janji untuk mengampuni. “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:19).

Jikalau Anda ingin menjadi benar dengan Tuhan, berikut ini adalah sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya percaya kepada Yesus yang akan menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kepada Tuhan bahwa Anda beriman kepadaNya dan untuk berterima kasih kepadaNya untuk keselamatan yang Dia sediakan bagi Anda. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang indah, yaitu karunia hidup kekal! Amin!”

Comments are closed - Categories: Artikel & Tips