Hati Yang Bijaksana

November 8, 2009 - Author: admin - Comments are closed

Oleh: GBI Gatot Subroto-Jakarta

Matius 24:44-47..“Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga. Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.”

Tanda-tanda yang sedang terjadi hari-hari ini adalah peneguhan atas apa yang Roh Kudus sedang katakan kepada jemaatNya, dan fenomena ini menjadi semakin nyata. Roh Kudus terus menerus menyatakan bahwa Tuhan Yesus segera datang!

KedatanganNya sudah sangat dekat, generasi yang hidup hari ini adalah generasi yang memiliki peluang yang sangat besar untuk mendapat kehormatan mengalami penggenapan nubuatan kedatangan Yesus yang kedua kali. Tanpa mengalami kematian tubuh. Tiba-tiba tubuh kita diubahkan ke dalam kemuliaan. Siapkah kita? Artinya bukan kita yang merasa siap atau menganggap diri sudah siap, tapi pertanyaan yang sesungguhnya, apakah Tuhan menilai kita sudah memenuhi syarat atau belum?

Mari kita memperhatikan dengan sungguh-sungguh, sebenarnya melalui apa yang sedang terjadi, apa yang sedang Tuhan komunikasikan kepada kita. Goncangan yang sedang terjadi, baik peristiwa alam maupun keadaan manusia, terjadi dengan begitu intens dan meluas. Kekelaman sedang menutupi bangsa-bangsa, namun terang Tuhan bersinar atas umatNya. Justru inilah saatnya, Tuhan sedang menyinari kita dengan terang kemuliaanNya.

Karena itu, bukan hanya berjaga-jaga dengan memperhatikan tanda zaman, melainkan terlebih lagi kita harus berfokus kepada Tuhan. Inilah saatnya pikiran kita ditata ulang dan diselaraskan dengan pikiran Kristus. Kita melihat apa yang sedang terjadi menurut cara pandang Tuhan, sehingga kita dapat menangkap isi hati dan maunya Tuhan.

Dalam zaman yang seperti ini, kita harus mengerti apa yang Dia inginkan, mengerti apa yang harus kita persiapkan. Mengerti hal ini dengan benar dan melakukannya dengan setia. “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.” (Matius 24:46)

Ayat ini adalah perumpamaan tentang kedatangan Yesus yang kedua kali. Jadi Tuhan menginginkan kita menjadi seorang “hamba yang mengerti dengan benar apa yang ditugaskan oleh Tuannya”, dan ketika Tuan itu datang kelak (Yesus datang kedua kali), kita sedang melakukan kehendakNya dengan benar dan setia. Pastikan bahwa saat ini Saudara sedang melakukan kehendak Tuhan dengan benar.

“Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makan pada waktunya?” (Matius 24:45). Kata penting yang harus kita garis bawahi: setia dan bijaksana.

Tuhan mencari hamba yang setia dan bijaksana. Untuk setia, tidak perlu banyak penjelasan. Hal itu hanya soal niat melakukannya. Tetap setia dengan apa yang menjadi kewajibannya. Hati yang mau mengabdikan diri kepada Tuhan dengan rasa syukur atas kebaikanNya, membuahkan kesetiaan. Jadi lakukan saja, dan tetap melakukannya sampai Tuhan datang. Tetapi untuk menjadi bijaksana, kita perlu mengerti dengan benar, ada unsur-unsur yang perlu dimiliki dan melewati tahapannya, barulah bijaksana yang dimaksudkan itu muncul.

“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seorang arif (bijaksana, bhs Ing. wise), an pergunakanlah waktu-waktu yang ada, karena hari-hari ini jahat. ebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” (Efesus 5:15-17) Musa berdoa dalam Mazmur: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90:12).

Ternyata untuk menjadi bijaksana, harus memiliki hati yang bijaksana, dan tidak sembarangan dengan waktu. Lawan kata dari bijaksana adalah bodoh, tidak mengerti kehendak Allah, menghamburkan waktu untuk hal yang tidak bernilai. Waktu yang ada, tidak digunakan untuk melakukan kehendak Allah, melainkan mengikuti apa yang diinginkannya sendiri, untuk kesenangan diri sendiri. Mungkin orang lain melihatnya itu baik, tidak ada masalah, namun yang sesungguhnya masalah itu dilakukan dalam kebutaan, dalam ketidak mengertian akan kehendak Allah, bahkan seringkali sedang menabrak kepentingan Tuhan.

Hati yang bijaksana adalah hati yang membuat pilihan yang benar pada waktu yang tepat. Ini soal pilihan dan keputusan yang benar dalam menggunakan peluang. Semua ini berpangkal pada hati yang mengerti kehendak Allah. Maria adalah contoh yang sederhana, mewakili semua kita yang sederhana. Sebagai seorang yang sederhana, telah menjadi orang yang bijaksana di mata Tuhan Yesus. Maria adalah orang yang melakukan yang terbaik saat mengurapi kaki Tuhan Yesus sebelum penyalibanNya. Ini adalah contoh orang yang bijaksana di hadapan Tuhan. Dia menerima perkenanan dan pujian dari Tuhan Yesus. Hatinya menanggapi apa yang mejadi kepentingan Tuhan Yesus.

Jadi kalau disederhanakan, orang yang bijaksana itu:

· memiliki hati yang bijaksana

· mengerti memanfaaatkan waktu

· tidak melakukan hal yang bodoh

· selalu berusaha untuk mengerti kehendak Allah

Hati yang bijaksana sesungguhnya adalah hati yang mau diajar oleh Roh Kudus. Kita harus memiliki hati seperti anak kecil yang polos dalam menerima Kerajaan Allah, dan hati yang sama juga adalah yang akan bisa diajar oleh Roh Kudus untuk menyiapkan diri bagi kedatangan Tuhan Yesus. Paulus adalah contoh orang yang hatinya mau diajar oleh Roh Kudus, dikoreksi Roh Kudus, dan dibelokkan dari jalannya sendiri oleh Roh Kudus. Ia mengarahkan dirinya menjadi orang yang layak bagi kedatangan Tuhan yang kedua kali. Kita dapat belajar dan mencontoh teladannya.

Paulus katakan: “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, …Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.” (1 Korintus 2:6-7)

Paulus memiliki hikmat yang bukan dari dunia, artinya ia tidak mengandalkan kecerdasan pikiran manusiawi, dari ilmu pengetahuan manusia, melainkan hasil dari bergaul intim dengan Tuhan. Kedalamannya bergaul dengan Tuhan membuat dia menerima penyataan yang tidak diperoleh dari manusia, melainkan karena Roh Kudus yan membukakannya secara pribadi. Roh Kuduslah yang menjadi sumber hikmat Paulus. Hatinya diajar dan diterangi Roh Kudus. Kalau Paulus mengalami hal sedemikian, kita juga dapat mengalami hal yang sama.

“Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.” (1 Korintus 2:10) Karena intim dengan Tuhan, apa yang orang lain tidak mengerti, kita dapat mengerti karena Roh Kudus yang menyatakan di hati kita. Hal-hal yang rahasia dan tersembunyi di hati Allah, justru yang dibukakan Roh Kudus. Kepada kita Allah menyatakannya oleh Roh. Ini adalah hal yang sangat sederhana bagi hati yang sederhana, namun menjadi tidak masuk akal bagi orang yang pintar menurut dunia. Pertanyaan yang sering kali muncul adalah: “Segampang itukah? Tidak logis rasanya …” Tuhan itu sederhana, kepada orang yang sederhana ia membukakan rahasiaNya, sebaliknya kepada orang yang berhikmat menurut dunia, Ia menyembunyikannya.

“Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.” (Lukas 10:21) Orang bijak dan pandai yang dikatakan Yesus maksudnya adalah orang pandai menurut dunia, dan yang dimaksud kecil di sini adalah seperti anak kecil (bhs Ing. babes). Kepada hati yang sederhana seperti anak kecil, justru Tuhan memberikan hati yang bijaksana seperti yang diminta oleh Musa.

Dengan hati yang sederhana ini kita bertanya kepada Tuhan “Apa yang harus kulakukan hari demi hari ya Tuhan supaya aku layak bagiMu pada hari kedatanganMu?” Maka karena bergaul intim dengan, Tuhan Ia akan mengajari kita memiliki hati yang bijaksana. Dan kita menjadi hamba yang setia dan bijaksana mengerjakan tugas yang dipercayakan oleh Tuan segala tuan. Kita mengerjakannya dengan tepat menuruti maunya Tuhan. Apa yang kita kerjakan hari ini, baik pelayanan kita, maupun pekerjaan dan bisnis kita di kantor, bukan lagi sekedar keharusan melakukannya. Kita melakukannya dengan hati yang bijaksana, karena mengerti apa yang menjadi keinginan Tuhan atas kita. Kita bukan hanya menjadi siap dan layak pada hari kedatanganNya, bahkan Tuhan menemukan kita sebagai orang yang dapat menerima kepercayaanNya.

“Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga. Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.” (Matius 24:44-47)

 

5 artikel terakhir oleh admin

Categories: News & Lastest Updates