K e k e k a l a n

April 7, 2009 - Author: admin - Comments are closed

Oleh: Ricky Joyner, Morning Star Publishing-USA

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian..dan buatlah segala tindakan kami berhasil. Ya, buatlah segala tindakan kami berhasil..Mazmur 90:12-NLT

Keinginan banyak orang adalah untuk hidup dalam suatu kehidupan yang berarti. Itu merupakan suatu keinginan yang benar dan ilahi. Itulah yang menjadi permohonan Musa dalam doa di atas. Dia memulai doanya dengan meminta hikmat untuk dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Banyak hal yang terhilang dalam hidup ini dapat dipulihkan kembali; tetapi waktu yang disia-siakan tidak akan pernah dapat diulang kembali. Begitu matahari terbenam, maka hari itu telah hilang selamanya.

Doa Musa diakhiri dengan, “Buatlah segala tindakan kami berhasil.” Kalimat yang sama diulangi. Mengapa diulangi? Musa tidak memiliki masalah dengan tata bahasa atau daya ingat. Tetapi, pengulangan ini menjadi suatu gaya penulisan dalam berbagai tulisan orang Ibrani. Pengulangan tersebut merupakan suatu bentuk dari penekanan. Dalam bahasa Inggris, ketika kita hendak menekankan pentingnya suatu kata atau kalimat, kita memiliki beberapa cara atau metode. Kita dapat menebalkan kata tersebut, menuliskannya dengan huruf miring, memberinya garis miring, menggunakan huruf besar semua atau menambahkan tanda seru untuk memberi tekanan.

Ini semua adalah cara untuk menarik perhatian pembaca mengenai sesuatu yang sangat penting. Tetapi para penulis Ibrani akan menulis penekanan kata atau kalimat sebanyak dua kali dan itu dilakukan bukan untuk melebihk-lebihkannya, karena mereka selalu berhati-hati dengan kata-kata mereka. Kenyataan bahwa kaliamat tersebut diulang dua kali dalam Alkitab menunjukkan bahwa bukan saja merupakan kehendak Tuhan bagi kita untuk berhasil, tetapi juga merupakan hasrat Tuhan untuk kita berhasil. Dialah yang telah menempatkan penekanan itu.

Kita diciptakan untuk menjadi berhasil. Tuhan mengingikan hidup kita menjadi suatu kehidupan yang berarti! Tuhanlah yang pertama kali memiliki hasrat itu, bukan kita. Dia membuat hasrat-Nya diketahui melalui Alkitab. Saya akan menyebutkan dua contoh dari hal tersebut: ”Tuhan Allahmu akan membuat engkau berhasil dalam segala hal yang engkau lalukan (Ulangan 30:9-NTL). Perhatikan kata segala hal, bukan beberapa hal! Sekali lagi kita membaca:”Jangalah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkalah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung (Yosua 1:8).

Dibutuhkan hikmat ilahi untuk menikmati keberhasilan. Alkita menyatakan: ”Siapa yang mengasihi hikmat mengasihi dirinya sendiri dan akan menjadi berhasil (Amsal 19:8-TLB). Hikmat memberi kita pengetahuan dan kemampuan untuk membuat keputusan yang benar pada saat yang tepat. Hikmat yang sejati tidak akan diberikan kepada mereka yang memiliki pikiran yang tajam; tetapi hikmat itu diberikan kepada mereka yang takut akan Tuhan dan berada di dalam Kristus. Untuk membangun suatu kehidupan kekal yang berarti, Anda harus membangunnya melalui hikmat ilahi dan itulah inti dari pesan yang akan disampaikan dalam tulisan ini.

Hikmat menghasilkan keberhasilan, yang mendatangkan kesabaran dan upah: ”Jikalau engkau bijak, kebijakannmu akan memberikan upah kepadamu (Amsal 9:12-NIV). Tuhan tidak hanya menginginkan Anda untuk berhasil, tetapi Dia juga rindu untuk memberikan upah bagi kebijakan anda tersebut. Sekali lagi kita baca: ”Tuhan memperhatikan perbuatan baik yang dilakukan oleh umat-Nya setiap hari dan memberikan kepada mereka upah yang kekal (Mazmur 37:18-TLB)

Kenyataan bahwa Tuhan mengingikan kita untuk menjadi berhasil telah dipertegas dalam suatu bagian yang baik dari gereja akhir-akhir ini, seperti yang seharusnya. Tetapi, keberhasilan seringkali dilihat dari sudut pandang masyarakat saja, bukan dari sudut pandang Tuhan. Keberhasilan dilihat melalui mata-mata yang fana, bukan dari yang kekal. Hal ini menciptakan suatu ketidakjelasan dalam pengertian yang menghasilkan pencarian yang sesat. Pada sautu hari nanti, kita semua akan berdiri di hadapan Hakim alam semesta, Yesus Kristus dan jika kita telah membuat hidup kita berarti melalui hikmat ilahi, maka kita akan menerima upah yang kekal.

Jika kita menjadi sesat dalam segala tindakan hidup kita, maka kita akan menerima penghukuman atau mengalami kerugian yang kekal. Jadi sangatlah bijaksana mengambil waktu beberapa jam untuk berusaha menemukan apa yang diinginkan-Nya bagi kita.

Kekekalan

Bacalah dengan seksama dua ayat berikut: “Tidak ada seorang pun yang dapat mulai mengerti akan kekekalan.” Ayub 36:26-TLB..“Ia akan memberikan kekalan dalam hati mereka”..Pengkotbah 3:11.

Apakah kekekalan itu? Bagaimana kita mengartikan kekekalan? Bagaimana kita dapat memahaminya? Salah satu kamus lain mengartikannya sebagai ”keberadaan di luar waktu”. Bagaimnana satu kamus dapat mendefinisikan kekekalan sebagai hal yang berada dalam batasan waktu, sedangkan kamus lainnya mendefinisikan kekekalan sebagai hal yang berada di luar waktu? Dan mengapa hal itu tidak pernah dipertanyakan? Bukankah kita akan menanyakan satu dari dua buku ilmu pengetahuan, jika buku tersebut mengartikan suatu benda yang berada dalam lingkungan kita berada dalam kondisi yang berbeda?

Sebagai contoh, jika satu buku mengartikan ikan sebagai binatang bertulang belakang yang hidup di dalam air, sementara buku lain mengartikannya sebagai binatang yang hidup dalam lingkungan bebas dari air, pasti kita akan menyimpulkan bahwa salah satu dari arti tersebut ada yang salah dan kita akan membuangnya. Tetapi, mengapa kita tidak mempertanyakan dan membuang salah satu arti kekekalan dari kamus-kamus tersebut?

Kebenarannya adalah, bahwa kekekalan tidak dapat dimengerti dengan pikiran kita. Pikiran kita terbatas, dipagari untuk memahami konsep-konsep kekekalan atau keabadian. Izinkan saya untuk memberikan ilustrasinya. Berdiamlah sejenak dan bayangkan di mana sebenarnya akhir dari alam semesta ini. Pikirkan batas luar dari alam semesta ini. Jika anda mampu membayangknanny, maka apa yang anda temukan pada batas luarnya? Sebuah tembok? Terbuat dari apakah tembok itu? Seberapa tebal tembok semesta ini? Jika demikian, apa yang ada di luar tembok itu? Apakah ada ruangan lain? Bukankah ini akan membentuk suatu keadaan yang berlanjut terus-menerus dari alam semesta? Dimanakah akhirnya? Dapatkah Anda memikirkan alam semesta yang tidak memiliki akhir? Berdiamlah sejenak dan pikirkanlah hal tersebut.

Atau bagaimana dengan sebuah lubang yang tidak memiliki dasar? Dapatkah Anda membayangkan diri Anda terjatuh ke dalam suatu lubang yang tidak memiliki dasar? Anda tidak akan pernah sampai ke dasar atau bahkan melihat lantai dasarnya; anda hanya akan terus jatuh dan jatuh selamanya. Dua hal, bukan hanya satu, yang langsung muncul dalam pikiran kita; pertama, tidak memiliki dasar; yang kedua, jatuh terus-menerus tanpa batas akhir. Hal tersebut sulit untuk dimengerti dan terdengar seperti sebuah konsep dari fiksi sains, tetapi tempat seperti itu memang ada, seperti yang dirujuk sebanyak tujuh kali dalam Alkitab.

Bagiamana dengan Tuhan sendiri, Pencipta manusia? Berdiam dirilah sejenak dan pikirkan tentang asal mula Tuhan atau saya harus mengatakan: “Tidak ada asal mulanya.” Alkitab menyatakan bahwa Dia: ”berasal dari kekekalan kepada kekekalan.” Jika Dia tidak dilahirkan, jika tidak ada yang menciptkan Dia, maka bagaimana Dia bisa menjadi seperti diri-Nya sekarang? Bagaimana Dia berubah? Kebenarannya adalah bahwa dia tidak berubah menjadi Tuhan, seperti yang dikatakan oleh Pemazmur: ”Sebelum gunung-gunung dilahirkan dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.”(Mazmur 90:2). Renungkan hal ini sejenak. Jika anda merenungkannya, Anda akan menjadi frustasi, karena Anda merenungkannya dengan pemikiran logis Anda, seperti yang ditulis oleh Ayub: ”Tidak seorangpun dapat memahami kekekalan.”

Ditempatkan Di Dalam Hati Kita

Apa yang ada di dalam kebenaran dinyatakan sebagai sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran kita, sebenarnya ditempatkan dalam hati kita oleh Pencipta kita. Kekekalan dimengerti di dalam hati kita. Kekekalan lahir dalam setiap manusia. Itulah sebabnya: ”Orang bebal berkata dalam hatinya: Tidak ada Allah.”(Mazmur 14:1). Perhatikan bahwa alkitab tidak mengatakan: ”Orang bebal berkata dalam pikirannya.” Banyak orang ateis yang dengan tegas menyangkal keberadaan Tuhan, tetapi di dalam hati mereka mengetahui bahwa Tuhan itu memang ada, karena hal itu tertanam di dalam hati mereka. Mereka belum sepenuhnya mengeraskan hati mereka menjadi orang-orang yang tidak bermoral.

Saya memiliki seorang teman, yang bertahun-tahun yang lalu, adalah seorang ateis yang kokoh atau seperti itulah dia menganggap dirinya. Dia tidak akan pernah mengizinkan siapa pun juga bersaksi kepadanya; bahkan pada suatu hari dia merobek sebuah alkitab dari tangan seorang pekerja Tuhan dan membuangnya ke tanah dan menginjaknya, menyumpahi pekerja tersebut dan juga Alkitabnya. Dia menuduh pria Kristen ini sebagai orang yang lemah dan tidak memiliki otak.

Di kemudian hari, setelah bertahun-tahun menyatakan dirinya sebagai seorang ateis, dia menderita sakit dada yang parah. Para dokter mengoperasi dadanya untuk menyelidikinya. Segera setelah operasi selesai dilakukan, para dokter memberitahu bahwa dia hanya memiliki waktu kurang dari 24 jam untuk hidup.

Ketika dia terbaring di tempat tidurnya malam itu, dia menyadari bahwa dia hendak pergi ke rumah abadinya dan itu bukanlah tempat yang dia inginkan sebagai tempat terakhirnya. Bagaimana dia mengetahui hal tersebut, padahal dia tidak pernah mengizinkan seorang pun juga bersaksi mengenai Alkitab kepadanya? Hal itu bisa terjadi, karena dia memiliki kekekalan yang tertanam di dalam hatinya, seperti yang dinyatakan oleh Alkitab mengenai umat manusia: ”Karena kebenaran tentang Tuhan diketahui oleh mereka secara naluri. Tuhan telah menaruh pengetahuan ini di dalam hati mereka.” (Roma 1:19)

Malam itu jantungnya berhenti. Dia meninggalkan tubuhnya dan turun ke dalam kegelapan. Kegelapan itu sangat pekat sehingga dia merasa bahwa dia sedang mengenakan kegelapan itu, bahkan tidak ada seberkas sinar pun yang terlihat di sana. Setelah terjatuh beberapa lama, dia mendengar teriakan jiwa-jiwa yang tersiksa. Dia merasa ditarik oleh suatu kekuatan yang dahsyat menuju gerbang neraka, ketika tiba-tiba dia bisa kembali pulang ke tubuhnya. Dia telah dihidupkan kembali.

Pagi harinya dia memanggil satu-satunya teman Kristen yang dikenalnya, temannya datang dan menyatakan kabar baik keselamatan melalui Kristus Yesus. Setelah dia menerima Yesus Kristus ke dalam hidupnya sebagai Tuhan dan juru selamatnya, temannya berdoa bagi kesembuhannya. Tiga bulan kemudian dia berjalan keluar dari rumah sakit dan masih hidup sampai saat ini. Dia adalah suatu mujizat yang hidup.

Sebagai seorang ateis, dia menyatakan bahwa Tuhan itu tidak ada, tetapi kekekalan itu telah ditanamkan di dalam hatinya. Sebaliknya, orang bebal adalah seseorang yang belum menyangkal Tuhan dalam pikirannya, tetapi telah melawan di dalam hatinya hingga mencapi satu titik mengeraskan hati nuraninya. Dia berada di luar jangkauan. Jika seseorang belum memiliki kepercayaan dalam pikirannya, hal itu masih dapat diubahkan, tetapi jika seseorang mengeraskan hatinya, itu merupakan hal yang berbeda lagi. The New Unger’s bible Dictionary memberikan definisi berikut: ”dalam alkitab orang bebal adalah seseorang yang membuang rasa takut akan Tuhan dan berpikir serta bertingkah laku seakan-akan dia bisa dengan tenang tidak menghiraukan prinsip-prinsip kekekalan dari kebenaran Tuhan.”

Orang bebal sebenarnya bisa mengakui Tuhan secara rohani, tetapi dia menyangkal keberadaan Tuhan di dalam hatinya, yang direfleksikan dengan cara hidupnya. Rasa takut akan Tuhan itulah yang menjaga hati kita tetap berada dalam jangkauan Roh Kudus; jika rasa itu hilang, maka tidak akan ada lagi harapan bagi kita. Paulus mengatakan,” Hai saudara-saudaraku, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita.” (Kisah Para Rasul 13:26). Hanya bagi mereka yang takut akan Tuhan yang mampu mendengar Firman dari kehidupan yang kekal.

Penjelasan Kekekalan

Kekekalan telah ditanamkan di dalam hati kita, meskipun hal itu sangat sulit untuk dijelaskan oleh pikiran kita. Jadi, untuk mengartikannya, saya meminta kepada Anda untuk mendengarkan dengan hati anda; bahkan, hal yang sama diperlukan untuk memperoleh manfaat dari tulisan ini. Bagaimana Anda melakukannya? Pertama, akui kebutuhan anda akan Roh Kudus untuk membantu Anda dan mintalah bantuan-Nya.

Dia akan berbicara pada manusia batiniah anda, bukan dengan pikiran anda. Kedua, berhentilah untuk merenung dan berpikir ketika anda digerakkan atau disentuh oleh suatu pernyataan kebenaran. Untuk menerima dampak sepenuhnya dari Firman Tuhan yang kekal, jalankan dua langkah ini, maka anda akan diubahkan untuk selamanya. Daud berkata,” Dalam hatiku aku menyimpan janji-MU, supaya aku jangan berdosa kepada Engkau.”(Mazmur 19:11). Jangan hanya membaca untuk mendapatkan suatu pengertian dalam pikiran saja, yang dapat dengan mudah dilupakan dan hilang, tetapi biarkan Firman-Nya tetap berada di dalam hati anda melalui perenungan dan doa.

Kekekalan itu abadi; tidak ada akhirnya. Tetapi itu bukanlah sekadar masalah waktu yang tidak berakhir saja, karena kekekalan tidak berkenaan dengan waktu. Kekekalan merupakan hal yang melampaui waktu. Berbicara mengenai kekekalan dalam hubungannya dengan suatu masa yang tidak pernah ada habisnya merupakan suatu gambaran yang tidak lengkap.

Untuk mendapatkan gambaran terbaik tentang kekekalan, kita harus melihat pada Tuhan sendiri. Dia tidak terbatas dalam kuasa, pengetahuan, hikmat, pengertian dan segala kemuliaan, yang merupakan hanya sedikit hal yang bisa disebutkan. Dia selalu ada; dulu sekarang dan selamanya. Dia disebut “Bapa yang kekal” ( Yesaya 9:6). Terjemahan dari Young menuliskan “Bapa kekekalan”. Segala sesuatu yang kekal ditemukan di dalam-Nya; bahkan, kekekalan itu sendiri berasal dari Dia.

Segala sesuatu yang berada di luar dia bersifat sementara dan akan berubah. Tidak peduli betapa bagus, baik, kuat atau bertahannya hal-hal tersebut, pada akhirnya semuanya akan berhenti. Bahkan bumi dan alam semesta akan berubah, tetapi dia tidak akan pernah berubah: Pada mulanya ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar, bumi dan langit adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka. Mereka akan pudar seperti kain usang. Tetapi Engkau tetap sama dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan (Ibrani 1:10-12-NLT)

Tidak hanya dia tidak akan pernah berubah, tetapi Dia akan tetap sama. Alkitab menyatakan: Sebab: “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan untuk selama-lamanya.” Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu (1Petrus 1:24-25)

Dia itu kekal; sehingga apa yang difirmankan-Nya adalah kekal. Dia tidak dapat berbohong atau mengingkari apa yang telah difirmankan-Nya. Tidak akan pernah ada suatu perubahan pada apa yang telah difirmankanNya, jika tidak demikian, maka Dia tidak lagi kekal. Itu adalah suatu dasar yang pasti, yang di atasnya kita dapat membangun hidup kita.

Dikendalikan Oleh Kekekalan

Hanya dengan memikirkan bahwa semuanya akan berjalan dengan baik bagi orang-orang yang berlaku baik pada Hari Penghakiman tidaklah cukup. Kita tidak memiliki alasan, karena Tuhan telah membuat kehendakNya tersedia bagi kita. Akan ada penilaian bagi mereka yang telah melakukan dengan baik sehubungan dengan kepada siapa mereka membandingkan diri mereka sendiri, tetapi mereka belum mengizinkan kekekalan untuk membimbing dan mengisi hidup mereka.

Kata driven berarti “didorong”. Kata itu juga berarti “membimbing, mengendalikan atau menunjukkan”. Arti lainnya adalah memberikan dorongan yang kuat untuk melakukan suatu tujuan. Apakah yang membimbing dan mendorong kehidupan kita di dunia ini? Apakah hal yang bersifat kekal atau hanya sementara? Apakah hal itu didasarkan pada Hikmat Ilahi? Atau apakah kita telah mendengarkan pujian yang berlebih-lebihan, tradisi atau mitos yang dinyatakan di atas mimbar atau sekolah-sekolah? Apakah dasar di mana kita membangun hidup kita akan mampu bertahan di hadapan-Nya pada Hari penghakiman atau apakah usaha kita selama ini akan hilang begitu saja untuk selamanya? Ingat, kita telah mengetahui apa yang menjadi standar pada penghakiman itu: “Firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.”(Yohanes 12:48).

Akan ada banyak orang yang terkejut ketika mereka berdiri di hadapan Yesus Kristus pada penghakiman nanti. Jumlah yang terbesar dari orang-orang yang akan terkejut ini bukanlah mereka yang tidak percaya, tetapi justru orang-orang yang mengaku dirinya Kristen! Ya, mereka adalah orang-orang yang telah menjadi aman dengan satu bagian dari yang telah diajarkan dalam Perjanjian Baru, tetapi mengabaikan untuk mencari gambaran keseluruhannya. Pertanyaan saya adalah: apakah Anda ingin menemukan kebenaran setelah keputusan yang bersifat kekal itu dijatuhkan dan menjadi terlalu terlambat untuk berubah atau anda ingin mengetahui standar yang dengannya anda akan dihakimi sekarang ini?

Harapan saya adalah agar anda segera mulai mempelajarai Alkitab dengan teliti sehingga anda bisa memiliki suatu dasar yang kuat untuk berdiri pada hari penghakiman. Ada banyak kesalahpahaman terbesar dalam masyarakat kita yang menyebabkan banyak pria dan wanita bertumbuh menjauh dari dia yang mereka nyatakan sebagai Juruselamat mereka. Anda akan dikejutkan, diguncangkan dan dihajar saat menemukannya, tetapi hal itu akan diikuti dengan janji, harapan dan penghiburan. Temukan itu dalam penyelidikan Firman Tuahn yang anda harus segera mulai lakukan secar intensif.

 

5 artikel terakhir oleh admin

Categories: News & Lastest Updates