Pewahyuan dan Warisan

February 9, 2010 - Author: admin - Comments are closed

Oleh: DR.Jonathan David, “Mengangkap Gelombang Kebangunan Rohani”

Berkat-berkat untuk anak-anak disebut sebagai warisan (Efesus 1:3). Hanya dengan pengetahuan pewahyuan kita dapat memancangkan klaim terhadap warisan yang ditunjukan oleh Allah kita. Di dalam Ulangan 29:29, kita diberitahukan bahwa hanya hal-hal yang dinyatakan kepada kitalah yang menjadi milik kita. Pewahyuan selalu mendahului kepemilikan.

Kuasa Mengatasi Kedagingan

Kehidupan yang bergerak di dalam aliran pewahyuan, bebas dari kekuatan daging. “kedagingan dan darah tidak akan menyatakan hal ini kepadamu” (Matius 16:17). Iblis memiliki kuasa atas daging, karena ia diizinkan untuk hidup dari debu tanah, di mana daripadanya kita diciptakan (Kejadian 3:14). Setiap orang percaya yang berjalan di dalam aliran pengetahuan pewahyuan sedang berjalan di dalam kemenangan atas kedagingan.

Berjalan di dalam pewahyuan adalah berjalan di dalam ketaatan total kepada Roh Kudus dan FirmanNya. Ketika kita berjalan di dalam Roh, kita tidak akan memuaskan keinginan-keinginan daging (Galatian 5:16-18). Mereka yang berjalan di dalam kedagingan dan hikmat manusia tidak memiliki kemampuan untuk menyenangkan Allah (Roma 8:7-8).

Anugerah Sebagai Anak

Tempat dari keintiman dan kasih dalam hubungan dengan Allah hanya dapat diberikan kepada anak-anakNya. Pengetahuan pewahyuan menempatkan kita ke dalam posisi sebagi anak yang membuka pintu menuju keintiman. Bapa membuka pintu ini bagi anak-anakNya (Matius 16:17). Anak tidak melakukan apapun dengan inisiatifnya sendiri atau berbicara dengan kata-katanya sendiri (Yohanes 5:19,20,30; Yohanes 12:49-50). Persekutuan seperti inilah yang membuka tingkap-tingkap langit untuk aliran pengetahuan pewahyuan yang akan diberikan kepada anak-anak.

Ketika kita memilih untuk menggunakan hak istimewa ini dan berjalan untuk memuliakan hubungan kita dengan Bapa, maka kita akan mengetahui karunia keintiman dengan Allah. Persekutuan kita sebagai anak-anakNya menetapkan suatu hubungan fungsional dengan Bapa.

Gambaran Diri Yang Utuh

“Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus” (Matius 16:18). Pengetahuan pewahyuan menyatakan kepada kita bagaimana Allah melihat kita. Kemudian kita dapat melihat diri kita sebagaimana Allah memandang kita. Kita mulai memiliki suatu penilaian yang baik mengenai siapa sesungguhnya diri kita; tidak memikirkan terlalu tinggi atau terlalu rendah akan diri kita sendiri (Roma 12:3).

Gambaran diri yang utuh menyediakan stabilitas yang diperlukan dan kedewasaan untuk berjalan di dalam dunia ini. “Yesus tahu bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah” (Yohanes 13:3). Ayat ini memberitahu kita mengenai kekuatan identitas Yesus sendiri di dalam Allah. Kasih karunia dalam Kristus Yesus yang menetapkan diri-Nya sebagai anak, harus juga ada di dalam kita (2 Timotius 2:1).

Pengembangan kepribadian dan karakter kita akan terhambat, jika kita memiliki krisis identitas di dalam diri kita sendiri. Yesus berkata bahwa Ia tidak akan meninggalkan kita sebagai yatim piatu, tetapi dengan kedatangan Roh Kudus, kita akan mengetahui kebapaan Allah dan dengan demikian juga identitas dan posisi kita sebagai anak akan ditetapkan di dalam Dia (Yohanes 14:18). Allah adalah Allah dari pewahyuan yang progresif yang menyatakan nama-Nya dan sifat-Nya kepada kita di saat yang tepat di dalam perjalanan hidup kita.

Allah tidak mengungkapkan kepada Abraham suatu aspek dari diri-Nya, karena Abraham tidak memerlukannya. Kepada Musa, Ia mengungkapkan aspek dari namaNya dan sifatNya, karena Musa diberi tugas besar untuk menentang semua berhala dan para tukang sihir di Mesir (Keluaran 6:2-3). Sesuai dengan pernyataan Allah, kita menerima penyataan mengenai diri kita sendiri. Roh Kudus yang menyatakan Allah sebagai Bapa kepada kita, juga akan menyatakan pewahyuan akan status kita sebagai anak. “Sebab hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama Dia dalam kemuliaan” (Kolose 3:3,4).

Suatu Kekuatan Karakter Yang Baru

Petrus diubah dari sebatang buluh menjadi sebongkah batu karang. Sifat rohani sejatinya mencapai potensi maksimalnya. Bukannya beralih, karena angin kesengsaraan dan penipuan, Petrus menerima kekuatan rohani baru di dalam karakter dan di dalam kepemimpinan untuk menuntun gereja memasuki kepenuhan pentakosta.

Yakub diubah menjadi seorang manusia baru setelah ia bergumul dengan malaikat Tuhan yang memberikan kepadanya sebuah nama baru (Kejadian 32:24-32). Rasul Yakobus dan Yohanes juga namanya diubah yang menyatakan jenis pelayanan yang akan mereka masuki untuk melayani bersama Allah (Matius 3:21; Markus 3:17).

Mereka yang diubah oleh arus pewahyuan menjadi fondasi-fondasi yang stabil bagi Allah untuk bergerak di dalam generasi mereka (Matius 16:18). Allah hanya dapat membangun di atas bejana-bejana yang solid yang telah menjadi batu fondasi untuk gerakan berikutnya.

Gereja Dibangun Di Atas Alirah Pewahyuan

Tidak ada gereja sejati tanpa aliran pewahyuan. Tradisi-tradisi manusia dan agama buatan manusia tidak membuat gereja. Untuk dapat membangun gereja Akhir Zaman yang efektif, kita perlu membangunnya sesuai dengan pola sorgawi dari Allah. Pola-pola ilahi adalah cetak biru bagi konstruksi dunia. Jika kita tidak melihat cetak biru Allah, kita akan salah membangun.

“Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya….” (Mazmur 127:1). Mereka yang membangun harus membangun bersama Dia, karena Dia sendirilah yang mengetahui cetak birunya. Banyak dari apa yang disebut sebagai gereja di masa kini hanyalah monument-monumen tradisi, kekuatan dan ideology manusia.

Sebuah Gereja Yang Menang Di Bumi

Gereja yang didasarkan atas pewahyuan Allah dan penebusan manusia akan menjadi sebuah gereja yang menang. Gereja yang dihubungkan kepada Allah di dalam aliran pewahyuan memiliki kunci-kunci kerajaan Allah untuk menghancurkan kerajaan Iblis. Allah memberikan kepada gereja-Nya otoritas dan kuasa untuk menjaga sorga dan mendirikan kerajaan Allah di bumi.

Gereja melakukan penjagaan rohani atas sorga,menjaga agar iklim rohani tetap kondusif untuk terobosan rohani. Gereja memastikan bahwa sorga terus-menerus terbuka bagi gereja untuk bergerak di dalam tujuan-tujuan Allah yang supranatural. Gereja diberi posisi untuk memerintah baik di sorga maupun di bumi. Gereja muncul menentang pemerintahan kerajaan Iblis dan menghancurkan kekuatannya. Gereja melepaskan kuasa Allah atas muka bumi untuk menetapkan kerajaan dan kehendak Allah.

Di zaman para Rasul, mereka bergerak di dalam pengetahuan pewahyuan dan apa yang mereka ajarkan disebut doktrin para Rasul. Pengajaran itu menjadi fondasi bagi gereja Perjanjian Baru untuk bangkit di dalam kuasa dan menyebar dalam 200 tahun pertama sejarah gereja.

 

5 artikel terakhir oleh admin

Categories: News & Lastest Updates