Apakah Anda Benar-Benar Mau Sembuh?

March 2, 2010 - Author: admin - Comments are closed

Oleh: Joyce Meyer

Yohanes 5:1-5..Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya. Dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya. Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.

Saya memperoleh begitu banyak dari kisah tentang orang yang telah tergeletak di samping kolam Betesda selama tiga puluh delapan tahun, menunggu malaikat datang dan mengguncang air supaya ia dapat masuk dan disembuhkan dari penyakitnya yang parah dan menahun. Apakah Anda tahu sesuatu tentang penyakit yang parah dan menahun? Apakah Anda sendiri mungkin pernah mengidap penyakit ini?

Kita tahu betapa besar kasih Yesus dan berapa besar belas kasihan-Nya dan betapa Ia ingin menolong orang. Ia tetap sama, tidak pernah berubah, dan Ia mengajukan pertanyaan yang sama kepada kita seperti pertanyaan yang Ia ajukan kepada orang di samping kolam Betesda. “Maukah Engkau Sembuh?” Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, Maukah engkau sembuh? (Apakah engkau benar-benar serius mau sembuh?) Yohanes 5:6

Saya percaya bahwa di dalam ayat ini Tuhan sebenarnya mengatakan kepada kita, “Apakah engkau mau menduduki negeri ini?” Apakah engkau benar-benar mau agar iblis tetap di bawah kakimu? Apakah engkau benar-benar siap melakukan apapun yang perlu untuk mewujudkannya?” Kita semua mempunyai keinginan—dan banyak sekali. Namun jika kita benar-benar menginginkan sesuatu, maka kita akan melakukan apapun yang diperlukan untuk memperolehnya.

Saya tiba pada suatu titik dalah hidup saya di mana saya benar-benar tidak tahan lagi untuk marah. Saya menghardik roh jahat. Saya berdoa untuk damai sejahtera. Saya berusaha membuat semua orang di sekitar saya berubah dan member saya apa yang saya mau supaya saya dapat merasa damai. Namun, tidak satupun yang berhasil.

Akhirnya, saya benar-benar merendahkan diri di hadapan Tuhan dan berkata, “Tuhan, aku harus mempunyai damai sejahtera. Aku tidak peduli apa yang harus kulakukan. Aku tidak peduli perubahan apa yang harus kubuat. Aku tidak peduli bagaimana Engkau harus mengubahku atau bagaimana aku harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan semua orang di sekitarku. Aku benar-benar harus menemukan kedamaian.”

Sekarang saya sudah memiliki damai sejahtera di dalam hidup saya, tetapi ada hal-hal tertentu yang harus saya perbuat untuk memperoleh damai sejahtera itu. Saya harus belajr untuk melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan di dalam hati saya dan di dalam Firman untuk saya lakukan.

Ketaatan yang Radikal dan Luar Biasa

Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu (Ulangan 28:2)

Janji Tuhan tidak selalu datang tanpa syarat. Tentu saja, keselamatan adalah karunia yang cuma-cuma. Tuhan benar-benar memberkati kita. Ia baik dan Ia benar-benar mengerjakannya hal-hal tertentu bagi kita yang sebenarnya kita tidak layak mendapatkannya. Bahkan ketika kita tidak berkelakuan benar, kita tetap dapat berdoa memohon rahmat dan meminta Tuhan menolong kita.

Namun siapapun yang mau tinggal dalam berkat Tuhan yang radikal, luar biasa, dan yang mengerjar Anda, ia harus berbuat sesuatu untuk menerimanya. Kita harus sadar bahwa paket berkat yang digambarkan di dalam ulangan 28:1-4 bersyarat. Ayat 1 berbunyi : Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.

Maka, seperti sudah kita lihat, ayat 2 mengatakan, Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu. Walaupun kita menginginkan semua berkat yang terdaftar di dalam pasal itu, sering kali kita tidak bersedia melakukan apa yang perlu untuk menerima berkat-berkat itu. Berkat-berkat radikal dan luar biasa datang dari ketaatan yang radikal dan luar biasa. Berkat ini datang dari kesediaan untuk taat kepada Tuhan entah Ia memerintahkan di dalam hati kita atau di dalam firman-Nya untuk berbuat sesuatu.

Kita benar-benar tidak perlu merengek dan mengeluh mengenai apa yang Tuhan perintahkan untuk kita lakukan karena apapun yang Ia perintahkan untuk kita kerjakan, Ia member kita kemampuan untuk melakukannya. “Tetapi Aku Tidak Bisa!” Jawab orang sakit itu kepada-Nya, “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu (Yohanes 5:7)

Ini adalah salah satu dari dalih-dalih besar yang kita simpan di dalam kantung dalih kita: “Aku tidak bisa.” Namun, jika Tuhan mengatakan kita bisa, kita pasti bisa. Ingatlah, jika Tuhan memerintahkan kita berbuat sesuatu, Ia akan member kita kemampuan untuk melakukannya.

“Tetapi, ini Begitu Sukar!” dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku. (Yohanes 5:7). Satu dalih lain yang kita buat adalah, “Ini terlalu sukar;ini benar-benar terlalu sukar.” Setiap kali kita mengatakan itu, keadaannya menjadi sedikit lebih sukar. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang member kekuatan kepadaku.”

Yesus mengatakan kepada orang ini di dalam Yohanes pasal 5, “Apakah engkau benar-benar mau sembuh?” Kita perlu mengajukan pertanyaan yang sama itu kepada diri kita sendiri mengenai semua masalah yang kita hadapi. Jika kita bergumul dengan pertanyaan ini, mungkin saja ini karena Tuhan sudah mengatakan kepada kita hal-hal yang perlu kita lakukan agar hidup kita tertata dan menerima berkat yang radikal. Ia mau mulai bermanifestasi di dalam hidup kita. Masalahnya mungkin kita memang belum melakukan apa yang ia sudah perintahkan untuk kita lakukan.

Jika demikian, ini mungkin karena apa yang Ia perintahkan untuk kita kerjakan seolah akan sukar. Tampak seolah ini akan tidak nyaman. Tampak seolah kita mungkin harus menghadapi beberapa orang yang kita tidak mau hadapi atau pergi ke tempat yang kita tidak mau kunjungi. Kita mungkin harus tinggal beberapa malam di rumah dan tidak bergaul dengan orang-orang yang mungkin meracuni hidup kita.

Kesepian itu tidak enak. Namun, tidak ada yang lebih tidak enak daripada menderita sepanjang waktu. Jika kita terus membuat dalih, Kita akan mengalami penderitaan yang disebabkan oleh ketidaktaatan, dan ini adalah jenis penderitaan yang tidak pernah benar-benar pergi;selalu ada disana. Juga ada sejenis penderitaan yang kita alami untuk sementara sewaktu menyalibkan daging, tetapi ini membebaskan kita dari perbudakan supaya mengalami kebebasan dan kemerdekaan yang penuh kemuliaan.

Jika ada pemberontakan di dalam jiwa kita, kita akan terpaksa menjalani beberapa hal untuk menyingkirkannya. Kita harus melakukan apa yang Tuhan perintahkan untuk kita lakukan, yaitu tidak member makan daging kita dengan menyerah kepadanya dan melakukan apa yang kita ingin lakukan. Jika kita menyangkal daging kita cukup lama, akhirnya daging kita akan mulai layu dan mati sehingga tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan atas kita.

Hidup dalam Ketaatan

Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus (Mesias), ia telah menyalibkan daging (kodrat manusia yang tanpa Tuhan) dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5:24)

Didalam Perjanjian Lama, anak laki-laki harus menjalani ritual sunat sebagai tanda mereka bersedia masuk ke dalam perjanjian dengan Tuhan. Itu adalah bagian mereka; Mereka harus disunat. Kita masih harus disunat hari ini, tetapi sekarang Tuhan mau hati kita dan daging kita—-jalan-jalan kita sendiri dalam keberadaan dan perbuatan—untuk disunat hingga kita mau hidup dalam ketaatan akan Dia.

Menyunat berarti memotong, atau memangkas, daging. Kita melakukan itu dalam pengertian rohani dengan langsung memotong setiap pikiran atau sikap yang salah yang datang ke dalam pikiran kita supaya hati kita benar di hadapan Tuhan. Kita dapat mengatakan bahwa daging harus dihancurkan.

Saya percaya bahwa menghancurkan daging adalah kisah di dalam Alkitab tentang wanita yang membawa buli-buli pualam. Ia memecahkan buli-buli itu supaya minyak narwastu yang mahal itu dapat dicurahkan keluar. Dengan cara yang sama, kita harus menghancurkan daging kita supaya hal-hal yang baik dapat tercurah keluar dari kita.

Mencurahkan Hal-hal Baik dari Tuhan

Ketika Yesus berada di Betania, dirumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu dicurahkan minyak itu ke atas kepala Yesus (Markus 14:3).

Kita semua mempunyai minyak yang harusm di dalam diri kita. Namun, buli-buli pualam (daging kita) harus dipecahkan supaya minyak harum itu (ha-hal baik dari Tuhan) dapat dicurahkan dari kita. Kita “mengandung” hal-hal baik dari Tuhan. Setiap kita memiliki buah roh; kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Namun, sering kali buli-buli pualam kita (daging kita) menahan itu semua agar tidak tercurah keluar.

Ya, tetapi kita suka dengan buli-buli pualam kita. Kita tidak mau memecahkannya karena, bagaimanapun juga, buli-buli ini begitu mugil dan indah. Kita menghabiskan begitu banyak waktu mengurusnya; kita tidak mau buli-buli ini pecah. Sayangnya, kita terlalu khawatir tentang kenyamanan kita sekarang dan tidak cukup khawatir dengan yang kemudian.

“Aku Tidak Mau Tetap Seperti Ini!” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai guncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku” (Yohanes 5:7).

Ayat ini berbicara tentang dalih: “Tidak ada orang yang melakukannya untukku, dan setiap kali aku mencoba, orang lain selalu mendahului aku.” Saya pikir sesudah tiga puluh delapan tahun, seorang yang giat dan penuh tekad pasti dapat merayap ke tepi kolam itu. Walaupun orang itu mungkin hanya bergeser satu inci setahun, setelah tiga puluh delapan tahun, ia seharusnya sudah dapat tiba cukup dekat dengan tepi kolam sekadar untuk berguling ke dalam kolam ketika airnya mulai guncang.

Tiga puluh delapan tahun adalah waktu yang lama untuk berbaring di satu tempat, menunggu seseorang berbuat sesuatu untuk Anda. Saya pasti sudah ada di tepi kolam itu, dan tahun berikutnya ketika malaikat datang, ketika air mulai terguncang, saya pasti sudah terjun dan berkata, “Entah aku sembuh atau aku mati, tetapi aku tidak mau tetap seperti ini.”

Tindakan Membawa Perubahan

Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.”Dan pada saat itu juga sembulah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan (Yohanes 5:8, 9). Perhatikan bahwa Yesus tidak berkata, “Oh, engkau orang yang malang, Aku merasa begitu kasihan kepadamu.” Ia berkata, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.”

“Bangunlah dan Majulah”. Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian: “Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah Sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu. Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa (Yosua 1:1-3).

Tuhan sudah menetapkan bagi Anda dan saya untuk diberkati, tetapi seperti sudah kita lihat, kita harus mengusir penghuni yang sekarang menduduki milik kita, yaitu musuh, dalam bentuk apapun yang di manifestasikannya di dalam hidup kita. Yosua dan bangsa Israel harus mengusir penghuni yang sekarang sebelum mereka dapat menduduki tanah yang Tuhan sudah berikan kepada mereka. Pertama, mereka harus berbuat sesuatu. Perhatikanlah di dalam ayat 2 di atas bahwa Tuhan mengatakan kepada Yosua untuk bersiap dan seberangilah. Dengan kata lain, “Bangunlah dan Majulah”

Barangkali lebih dari sebelumnya, gereja perlu bangun dan maju! Kita harus berhenti duduk-duduk saja menantikan air kolam berguncang. Kita harus berhenti menginginkan segalanya terjadi melalui mukjizat. Jangan salah paham. Saya peraya akan mukjizat, dan puji Tuhan untuk itu. Namun, saya bosan mendengar orang berkata, “Kapan aku akan memperoleh mukjizat?”

Anda dan saya sudah memperoleh mukjizat ketika kita diselamatkan. Kita sudah memperoleh mukjizat lain ketika kita dipenuhi oleh Roh Kudus. Kita hidup dalam mukjizat setiap hari. Kita mengalami mukjizat tetapi Tuhan tidak melepaskan kita dari segala sesuatu melalui sarana yang ajaib. Kadang-kadang Ia melakukannya, tetapi kadang-kadang tidak. Kadang-kadang kita harus menjalani. Kadang-kadang kita harus bangun, maju dan terus melangkah ke depan.

 

5 artikel terakhir oleh admin

Categories: News & Lastest Updates