Menghalau Musuh Untuk Meraih Milik Pusaka Yang Tuhan Janjikan

October 15, 2008 - Author: admin - Comments are closed

Oleh: Pdt. Sonny Zakaria-Jakarta

“Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu sesuai dengan segala yang diFirmankan TUHAN kepada Musa. Dan Yosuapun memberikan negeri itu kepada orang Israel menjadi milik pusaka mereka, menurut pembagian suku mereka. Lalu amanlah negeri itu, berhenti dari berperang” (Yosua 11:23)

Setelah sekian waktu lamanya, saya percaya bahwa sebagai satu jemaat, kita sudah berada di tanah Kanaan yang Tuhan janjikan buat kita. Kita tidak lagi berada di padang gurun, tetapi sudah memasuki Tanah Perjanjian. Perbedaan antar orang yang masih berada di padang gurun dan orang yang sudah memasuki tanah Kanaan adalah: orang yang masih berada di padang gurun masih harus bergumul untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, sementara orang yang sudah berada di Kanaan tidak lagi membutuhkan mujizat untuk makan dan minum setiap hari, karena semuanya sudah tersedia di sana.

Alasan kenapa ada sebagian orang yang masih merasa berada di padang gurun adalah, mungkin karena selama ini mereka belum terlalu meleburkan diri dengan kegerakan yang Tuhan buat di gereja lokal mereka. Saya percaya, kalau Tuhan membawa sebuah gereja lokal untuk bergerak ke suatu tempat, maka seluruh jemaat seharusnya juga berada di tempat yang sama. Jika Tuhan sudah membawa kita dari padang gurun ke tanah Kanaan, itu berarti segala sesuatu yang pernah Tuhan janjikan dalam hidup kita sudah berada dalam jangkauan tangan kita untuk kita raih.

“Setelah Yosua menjadi tua dan lanjut umurnya, berFirmanlah TUHAN kepadanya: ‘Engkau telah tua dan lanjut umur, dan dari negeri ini masih amat banyak yang belum diduduki. Inilah negeri yang tertinggal: segenap wilayah orang Filistin dan seluruh negeri orang Gesur, mulai dari sungai Sikhor di sebelah timur Mesir sampai ke daerah Ekron ke arah utara–semuanya itu terhitung tanah orang Kanaan……Aku sendiri akan menghalau mereka dari depan orang Israel; hanya undikanlah dahulu negeri itu di antara orang Israel menjadi milik pusaka mereka, seperti yang Kuperintahkan kepadamu. Oleh sebab itu, bagikanlah negeri ini kepada suku yang sembilan itu dan kepada suku Manasye yang setengah itu menjadi milik pusaka mereka’” (Yosua 13:1-7)

Meskipun orang Israel pada waktu itu sudah memasuki tanah Kanaan dan sudah menikmati kemenangan yang gilang gemilang, akan tetapi masih ada banyak tanah yang seharusnya menjadi milik pusaka mereka yang belum direbut dan diduduki. Jika saat ini kita sudah berada di Tanah Perjanjian kita, itu berarti semua janji yang Tuhan pernah berikan kepada kita sesungguhnya sudah ada dalam jangkauan tangan kita, akan tetapi kita harus tetap merebut dan meraihnya, janji tersebut tidak akan terjadi dengan sendirinya. Selama orang Israel diam saja, walaupun mereka sudah berada di tanah Kanaan, mereka tetap tidak akan memiliki tanah yang menjadi warisan pusaka mereka. Di pihak Tuhan, semuanya sudah Ia serahkan; kini tinggal bagian kita untuk merebutnya.

Karena itu, inilah waktu di mana kita bisa meraih semua yang telah Tuhan janjikan dalam hidup kita. Di masa yang lalu kita mungkin pernah menerima janji Tuhan untuk hidup kita, tetapi sepertinya janji itu tak kunjung digenapi. Akan tetapi, kini setelah kita memasuki Tanah Perjanjian, ini waktunya setiap janji yang pernah Tuhan berikan bagi hidup kita digenapi oleh-Nya. Karena itu, mulai ingat kembali semua janji yang pernah Tuhan ucapkan atas kita dan mulailah bertindak untuk merebut dan meraihnya.

Langkah-langkah untuk meraih milik pusaka yang Tuhan janjikan:

1. Untuk bisa meraih semua yang telah Tuhan janjikan, kita harus memerangi semua musuh yang masih ada di sekitar kita. Di setiap jengkal Tanah Perjanjian yang masih harus kita rebut, ada penduduk asli yang harus kita kalahkan. Jika kita tidak menghalau musuh yang ada di sana, kita tidak akan pernah bisa merebut Tanah Perjanjian itu. Itu sebabnya, tanamkan kuat-kuat dalam pikiran kita, bahwa untuk merebut setiap jengkal dari Tanah Perjanjian kita, harus ada peperangan. Semua musuh yang masih ada harus sepenuhnya dihalau, diperangi dan dikalahkan.

Musuh-musuh yang masih harus dikalahkan dalam hidup orang-orang percaya, yang walaupun sudah berada di tanah Kanaan, di antaranya adalah sakit penyakit dan konflik batin. Jika tidak segera ditanggulangi, kedua hal ini bisa menjadi cikal bakal kejatuhan kita di kemudian hari. Karena itu, kita perlu mendata ulang apa yang selama ini masih menjadi “musuh” dalam hidup kita.

Saya mendapati, ada banyak orang percaya yang tanpa sadar masih membiarkan musuh berkeliaran di sekeliling mereka. Satu hal yang saya ingin tegaskan: Jangan pernah menganggap musuh sebagai teman; anggaplah musuh sebagai musuh dan perlakukan musuh sebagai musuh! Jika kita memperlakukan musuh sebagai teman, suatu waktu kita akan menyesal. Artinya, kita harus mulai memperlakukan penyakit sebagai penyakit, karena meskipun penyakit tersebut sudah cukup lama “bersama” dengan kita, itu tetap bukan teman. Tidak semua orang yang lama bersama dengan kita adalah teman. Perangi setiap musuh yang masih ada, sebab jika tidak, tanah pusaka tidak akan pernah sepenuhnya menjadi milik kita.

Ada sebuah kabar gembira bagi kita: Di satu sisi, musuh sudah gemetar mendengar apa yang Tuhan telah lakukan bagi kita, dan di sisi yang lain, Tuhan menyertai kita. Dalam Yosua 9:1-2 dan 10:1-5, kita melihat bahwa musuh-musuh Israel mengalami ketakutan yang sedemikian terhadap Yosua dan orang-orang Israel, sehingga mereka tidak berani memerangi Yosua sendirian.

Mereka mengajak bangsa-bangsa lain untuk bersama-sama menghimpun kekuatan menggempur Israel. Jika Anda pernah mengalami, seakan-akan semua “musuh” Anda bersatu untuk menyerang Anda, itu sebenarnya pertanda bahwa musuh sedang panik. Pada saat seperti itu, kita justru tidak boleh ikut-ikutan panik. Yang kita harus lakukan adalah tetap tertuju kepada Tuhan dan mintalah arahan dari Tuhan. Dengan kita melakukan apa yang menjadi arahan-Nya dengan tepat, kemenangan pasti ada di pihak kita. Kuncinya hanyalah, ketaatan. Jika kita taat, kita pasti menang.

2. Hal yang harus diperhatikan dalam memerangi musuh adalah: Jangan pernah berkompromi dengan musuh. Kita harus menyadari bahwa semua musuh yang ada di tanah Kanaan sesungguhnya sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kalah. Itu sebabnya, jangan pernah mau berkompromi dengan musuh, karena sekali kita membuka celah untuk mengijinkan satu musuh menjadi teman kita, kita akan berkompromi juga dengan musuh-musuh lainnya. Hal tersebut akan membuat kita menjadi lemah dan kehilangan ketegasan terhadap musuh.

Dalam Yosua 9 kita mendapati, orang-orang Gibeon berhasil menipu Yosua dan bangsa Israel, sehingga musuh dijadikan sebagai teman oleh mereka. Ketika mereka menyadari apa yang telah mereka lakukan, merekapun menjadikan orang-orang Gibeon sebagai budak, dengan tujuan agar orang Gibeon tersebut tidak berkembang. Bagaimanapun juga, hati yang berkompromi dengan musuh pada akhirnya membuat Israel mengkompromikan semua musuh.

Dalam Hakim-hakim kita menemukan, ternyata ada banyak musuh yang tidak dihalau oleh Israel, yang mana sesungguhnya telah Tuhan perintahkan untuk dihalau sepenuhnya. Seringkali, kita memiliki seribu satu alasan untuk tidak menghalau musuh kita. Orang-orang Israel tidak menghalau musuh mereka yang ada di lembah dengan alasan bahwa mereka memiliki kereta-kereta besi (Hakim-Hakim 1:19), padahal Yosua telah berpesan bahwa Israel akan dapat mengalahkan musuh-musuh mereka meskipun mereka memiliki kereta besi (Yosua 17:17-19).

Alasan sesungguhnya mengapa orang Israel tidak menghalau penduduk yang ada di lembah adalah karena hati mereka sudah terlanjur ingin berkompromi dengan musuh. Sebagai akibatnya, jika kita membaca lebih lanjut (Hakim-Hakim 1:27-36), ada cukup banyak musuh yang akhirnya tidak dihalau oleh orang Israel. Pahami prinsip ini: Sekali kita merelakan diri untuk menjadi teman bagi musuh kita, maka musuh-musuh yang lain akan maju dan menjadi teman bagi kita juga.

Akhirnya, walaupun kita berada di Tanah Perjanjian, kita masih tetap tinggal bersama musuh kita. Ini bukanlah kemenangan yang penuh. Tuhan telah menyediakan kemenangan yang seutuhnya bagi kita, karena itu jangan pernah puas dengan kemenangan yang sebagian, tetapi raihlah seluruh kemenangan yang Tuhan sudah berikan bagi kita. Jangan puas dengan tanah pusaka sebagian, karena kita telah menerima janji yang sepenuhnya.

Sekali kita berkompromi dengan satu musuh, akan ada banyak alasan yang akan bisa kita kemukakan untuk berkompromi dengan musuh lainnya. Sesungguhnya, alasan-alasan yang muncul tersebut merupakan hasil kerja familiar spirit, yang menipu kita dengan berbagai fakta tipuan yang masuk di akal. Itu sebabnya, jika kita tidak benar-benar fokus dengan apa yang Tuhan katakan, kita dengan mudah akan tertipu dengan apa yang iblis katakan. Masalahnya selama ini, ketika Tuhan memberikan janji-Nya, kita belum meyakini apa yang Tuhan katakan tersebut. Selama Firman belum berubah menjadi keyakinan dalam diri kita, akan selalu ada kompromi.

Itu sebabnya saya mendorong Anda untuk terus membangun keyakinan yang teguh atas setiap Firman yang sudah engkau terima dari Tuhan, karena selama Firman itu masih “mengambang” dalam pikiran kita dan belum menyatu dengan pikiran kita, akan selalu ada kompromi. Setiap musuh yang tidak kita halau dari hidup kita, di kemudian hari justru akan menjadi jerat bagi diri kita sendiri. Ketika Tuhan bersiap siaga untuk menghalau musuh kita, itu saatnya kita bergerak untuk menghalau semua musuh kita.

Jika Tuhan sudah siap untuk menghalau musuh kita tetapi kita tidak mempergunakan momentum itu dengan baik dan kita membiarkan musuh tetap ada, akan tiba saatnya Tuhan berkata “Aku tidak akan menghalau orang-orang itu dari depanmu” (Hakim-Hakim 2:1-5). Jika kita memperhatikan kehidupan orang Israel, musuh-musuh yang tidak mereka halau tersebut akhirnya benar-benar menjadi jerat bagi mereka sendiri. Pada akhirnya orang Israel justru sujud menyembah allah mereka dan mengalami kehancuran total; mereka dibuang ke Babel oleh karena penyembahan berhala.

Oleh karena itu, jangan pernah anggap enteng musuh sekalipun musuh itu kecil. Seberapa kecil atau lemahpun musuh, musuh tetap harus dikalahkan sepenuhnya. Ketika orang Israel masih berada di padang gurun, mereka terlatih untuk berperang. Akan tetapi, ketika tiba di tanah Kanaan, mereka menjadi malas untuk berperang (Yosua 18:3).

Penyebab mengapa mereka tidak menghalau semua musuh adalah karena mereka telah menjadi malas, mereka mulai hidup dalam zona kemapanan. Kita harus mulai berhati-hati jika kita mulai merasa mapan, khususnya dalam hal keuangan. Seringkali, ketika seseorang mulai mapan dalam hal keuangan, mereka tidak perlu bergumul untuk kehidupan sehari-hari lagi, saat itulah ia mulai malas berperang.

Memasuki Kanaan tidak berarti kita berhenti dari berperang, karena Tuhan memanggil kita untuk menjadi tentara, sekali untuk selamanya. Dengan kita terus melakukan setiap arahan yang Tuhan berikan dengan keakuratan, musuh pasti akan selalu dapat kita kalahkan dan kita akan selalu berkemenangan.

Kisah Israel ditulis untuk menjadi peringatan bagi kita, agar kita dapat belajar dari kesalahan yang pernah mereka buat dan tidak jatuh ke dalam lubang yang sama. Mungkin selama ini ada banyak musuh di sekitar kita yang kita diamkan begitu saja, itu artinya kita sedang memperlakukan musuh sebagai teman. Ini waktunya kita menghalau semua musuh yang masih berkeliaran di sekitar kita dan jangan pernah berkompromi sekalipun dengan musuh.

Ketika kita mengambil keputusan untuk merebut sepenuhnya Tanah Perjanjian yang Tuhan sudah berikan bagi kita, Tuhan akan menolong dan menyertai kita, dan Ia akan berperang bersama kita untuk menghalau dan menuntaskan semua musuh kita.

 

5 artikel terakhir oleh admin

Categories: Artikel & Tips