Tiga Tiang Utama

August 11, 2009 - Author: admin - Comments are closed

Oleh: Ricky Joyner

Ahli ahli sejarah kadang kadang menunjuk rasul Petrus, Paulus dan Yohanes sebagai tiga tiang penyangga (pilar) gereja. Apabila kita melihat dari perspektif sejarah gereja, dengan memandang Petrus, Paulus dan Yohanes dengan cara seperti itu, akan memberikan kepada kita suatu paradigma yang menarik dan akurat dalam upaya menginterpretasikan sejarah.

Tanpa perlu disangsikan lagi, Petrus, Paulus dan Yohanes telah memberikan dampak terbesar terhadap orang gereja abad pertama. Petrus meletakkan dasar untuk orang orang Yahudi dan non- Yahudi, namun tak lama kemudian dia dibayangi oleh kerja keras yang diupayakan Paulus. Hanya setelah kedua orang tadi mati sebagai martir, barulah Yohanes dengan pewahyuan yang mistik, namun mendalam dari Juruselamat yang dikasihinya, mulai maju ke garis depan sebagai sesuatu yang mendapatkan penekanan di dalam gereja. Sangat menarik untuk diperhatikan, bahwa sejarah gereja juga mengikuti pola yang hampir bersamaan dengan pola di atas.

Sifat Alamiah Petrus

Petrus adalah orang yang tidak sabar, tidak stabil dan cenderung mudah untuk mencapai kemenangan yang mengesankan, maupun melakukan kesalahan yang menyakitkan. Pada satu titik tertentu, dia memperoleh pujian terbesar yang pernah Tuhan berikan utuk manusia: Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan sorga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga (Matius 16: 17 – 19)

Segera sesudah menerima peneguhan yang menakjubkan itu, Petrus mendapat teguran yang mungkin adalah teguran yang paling keras ayng pernah diberikan kepada manusia: Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: Enyahlah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia (Matius 16: 23)

Petrus cenderung mudah untuk mengalami hal hal yang paling ekstrim. Dia menerima penugasan terbesar dan juga menerima teguran paling keras hanya dalam selang waktu beberapa menit! Dia bisa membuka pintu gerbang sorga maupun neraka. Dia berjalan di atas air dan kemudian menyangkal Tuhan. Dia adalah orang pertama yang masuk ke rumah orang non- Yahudi untuk mengkotbahkan injil dan di kemudian hari terseret ke dalam kemunafikan yang ditujukan kepada orang orang non-Yahudi tadi, sampai seorang rasul yang paling muda, terpaksa menegurnya secara terbuka di depan umum.

Kesuksesan-kesuksesan yang spektakuler dengan cepat akan diikuti oleh kekalahan-kekalahan yang menghancurkan. Petrus adalah orang yang kadang kadang panas atau dingin, tak seorang pun yang menuduhnya sebagai orang yang suam suam kuku.

Petrus: Tiang gereja yang pertama

Pada abad ketiga masehi, gereja yang sedang berkembang, dengan pengecualian orde Tertulian dan Agutininus, hampir sepenuhnya mulai mengabaikan surat surat Paulus dan prinsip prinsip dasar yang diberikannya untuk gereja. Termasuk juga yang diabaikan adalah Yohanes, yang menekankan akan pentingnya menjaga hubungan dengan Tuhan. Petruslah yang menjadi penekanan utama dan menjadi kursi resmi dimana gereja Abad Pertengahan akan duduk.

Demikian pula halnya, sifat alamiah gereja Abad Pertengahan secara akurat menyamai sifat-sifat alamiah Petrus. Kemenangan kemenangan yang spektakuler akan diikuti oleh sejumlah kesalahan yang sangat fatal. Jika kita mempelajari sejarah gereja pada masa itu, kita hampir bisa mendengar Tuhan berkata berulang kali “Diberkatilah engkau gereja,” kemudian diikuti oleh perkataan. “Enyahlah engkau setan,” oleh karena surat surat Paulus tadi diabaikan, maka berbagai macam kesalahan yang selama ini ditentangnya, masuk membanjiri gereja pada masa itu.

Petrus adalah seorang penginjil yang sempurna. Dengan berani dia bersaksi mengenai keilahian Yesus, dialah yang mebuka pintu iman orang orang Yahudi maupun orang orang non-Yahudi. Gereja abad pertengahan juga menyebarkan keharuman nama Juruselamat ke bagian-bagian dunia yang dikenal. ‘Penaklukan” gereja pada masa itu sedikit banyaknya sama menakjubkannya dengan pelayanan Petrus yang tertulis adalam Alkitab.

Sama seperti Petrus, gereja juga mengalami penganiayaandan, terkadang “dipenjarakan,” namun gereja juga mengalami peristiwa kelepasan yang ajaib, yang menuntun kepada kemajuan pemberitaan injil yang lebih besar lagi. Selama masa ini, ancaman terbesar bagi gereja tidak dating dari kekuatan kekuatan yang ada diluar, namun berasal dari dalam gereja itu sendiri. Kesalahan serius yang masuk perlahan ke dalam gereja ternyata lebih membahayakan apabila dibandingkan dengan kekuatan-kekuatan luar yang tersusun rapi, siap menentang gereja.

Paulus kembali menegur Petrus

Seiring dengan berjalannya waktu, lahirlah gerakan reformasi ketika Hus, Luther, Zwingli, Calvin dan para pemimpin gereja lain yang berkuasa “menemukan kembali” surat surat rasul Paulus. Gerakan reformasi bisa dipandang sebagai seorang Paulus yang berdiri di depan umum dan menegur Petrus oleh karena kesalahan-kesalahan fatal yang diperbuatnya. Sekarang, hampir lima ratus tahun kemudian, gereja-gereja protestan telah memusatkan perhatian hanya kepada surat surat dan doktrin yang dikeluarkan oleh Paulus.

Paulus, orang yang dianggap sebagai pengajar terhebat di sepanjang sejarah gereja adalah pemenang paling hebat yang didapat dari kebebasan yang dibeli Yesus bagi setiap orang percaya. Kebenaran yang mendasar ini ditemukan kembali oleh gereja reformasi dan oleh karena itu gereja kembali menjadi sumber kebenaran yang paling besar yang pernah dikenal dunia. Gereja-gereja reformasi memiliki komitmen besar terhadap nilai-nilai iman pribadi masing masing, sehingga gereja ini akhirnya melahirkan suatu bentuk demokrasi pemerintahan. Penekanan seperti ini sangat diperlukan dan tanpa disangsikan lagi, hal ini telah memberikan berkat bagi dunia. Namun demikian masih ada ‘tiang” yang ketiga dan transformasi gereja menuju ke fase ketiga, yang dahsyat ini sekarang telah dimulai.

Fase terakhir dari sejarah gereja

Sama seperti rasul Yohanes ketika tidak memunculkan diri dan memberikan pengaruh yang kuat sampai kedua tiang gereja lainnya berlalu, demikian halnya yang terjadi pada waktu akhir zaman, dimana Yohanes sendiri yang akan menyampaikan pesan pesan terakhir.

Ketika Yesus memanggil Yohanes, dia sedang memperbaiki jaring ikan (lihat Matius 4:21), dimana hal ini dengan tepat menggambarkan tujuan/pekerjaan utama yang harus dikerjakannya di masa mendatang. Surat-suratnya menyatukan dan mengakhiri seluruh pesan yang ada di Perjanjian Baru dan ini sama seperti Kitab Wahyu, yang menyatukan dan menyudahi seluruh Kanon Alkitab.

Dengan pewahyuannya yang dahsyat, Yohanes mendapatkan pesan terakhir yang dimasukkan ke dalam Kanon Alkitab dan demikianlah akhirnya “pelayanan” yang dilakukan oleh tiang gereja yang hebat ini akan menjadi pesan terakhir pada masa sekarang. Apakah ini yang Tuhan maksudkan ketika Dia berbicara kepada Petrus mengenai Yohanes, “jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu” (Yohanes 21:22)? Jelas terlihat bahwa perkataan Yohanes-lah yang akan berlaku di dalam gereja, ketika tiba saatnya Tuhan datang kembali ke dunia.

Petrus adalah seorang penginjil, Paulus seorang guru dan Yohanes adalah seorang nabi. Namun entah bagaimana, Yohanes terpisah dari konflik-konflik yang terjadi antara orang orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi dan pertikaian antara Paulus dan Petrus. Kita harus bisa memahami pentingnya konflik-konflik yang terjadi dan bagaimana penyelesaiannya yang layak untuk seluruh lingkungan kekristenan. Namun demikian, penglihatan yang diperoleh Yohanes jauh melampaui doktrin yang ada, dia bukan saja setia di dalam Firman Tuhan, tetapi kepada Firman itu sendiri. Yohanes telah melihat Dia, yang adalah awal dari segala sesuatu dan kemudian di Pulau Patmos Yohanes melihat Dia, yang adalah akhir. Yohanes telah mengenal siapa Alfa dan Omega.

Pelayanan Yohanes

Yohanes adalah seorang yang profetik. Musuh telah sukses menanamkan suatu bentuk karikatur pelayanan yang serupa seperti pelayanan ini. Namun sangat berbeda bila dilihat dari sifat alamiah yang sebenarnya. Konsep umum yang diterima masyarakat mengenai para Nabi ialah bahwa mereka pemarah dan selalu mencari kesalahan orang lain.

Namun demikian, Yohanes, yang mungkin merupakan satu-satunya contoh dari sifat alamiah profetik yang sesungguhnya di Zaman Kasih Karunia ini, berbeda dari yang lain. Dia lebih menekankan perihal tinggal di dalam Tuhan dan saling mengasihi antar sesama manusia. Yohanes juga tidak beraliran Dogmatis, namun dia lebih cenderung memandang konsep-konsep iman global, daripada menjadi orang yang berkeras mempertahankan kemurnian doktrin.

Sebagaimana Paulus selaras dengan pikiran Kristus, Yohanes membaringkan kepalanya di dada Tuhan, dimana dia bisa mendengarkan suara detak jantung Tuhan. Inilah sesungguhnya yang menjadi esensi pelayanan profetik, yaitu: kedekatan hubungan dengan Tuhan. Pertama dan terutama, kedekatan hubungan ini akan menjadi sumbangan terbesar yang diberikan oleh pelayanan profetik kepada gereja akhir zaman.

Dada Tuhan, tempat Yohanes menyandarkan kepalanya, sekarang tersedia bagi semua orang yang merindukannya. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kita semua sangat dekat dengan Tuhan, bahkan bisa sedekat yang kita inginkan. Apabila kita mendekati Tuhan, Dia akan mendekat kepada kita. Tirai yang menyelubungi telah dikoyakkan dan kita bisa masuk ke dalam hadiratnya apabila kita mau.

Keintiman dengan Tuhan adalah suatu kekuatan di muka bumi yang paling cepat menular. Yesus adalah kerinduan/dambaan yang sesungguhnya dari setiap hati manusia. Ketika Dia ditinggikan oleh gereja, Dia akan menarik perhatian banyak orang sehingga mereka mendekat kepadaNya. Sekarang ini gereja mengetahui banyak dan telah melakukan banyak hal demi Injil, namun masih ada hal-hal terakhir dan terbesar yang bisa kita lakukan, yaitu: membina suatu hubungan yang intim dengan Tuhan.

Ketika kita mendekatkan diri kepadaNya, kita akan menjadi sama seperti Dia dan itulah yang ingin dilihat oleh dunia. Kecuali kita menjalani hidup yang sesuai dengan apa yang kita katakan, dunia memiliki alasan untuk tidak mempercayai segala perkataan kita.

Penglihatan yang diperoleh Yohanes memberikan kesempatan kepada manusia untuk lebih jauh lagi masuk ke dalam alam spiritual. Selama penglihatan yang didapatnya di Pulau Patmos, Yohanes melihat kota Babel dari sebuah lembah. Tetapi ketika dia diangkat ke “gunung yang tinggi”, dia bisa melihat Yerusalem baru. Bila dilihat dari sudut pandang jasmani, manusia akan terperangkap di dalam kekacauan dan berbagai konflik doctrinal yang berasal dari Babel. Ketika kita diangkat ke tempat tinggi untuk melihat sebagaimana Tuhan melihat dunia, kita tidak akan melihat kekacauan dan konflik konflik yang terjadi di dalam gereja, kita hanya melihat apa yang sedang di bangun oleh Tuhan.

Manusia dunia dan orang orang yang tidak mempunya visi melihat doktrin-doktrin besar seperti doktrin “kehendak bebas” dan doktrin “pilihan” ini sebagai sesuatu yang saling bertentangan antara satu sama lain. Namun, jika dilihat dari perspektif Tuhan, doktrin-doktrin tersebut sebenarnya saling melengkapi antara satu sama lain dengan indahnya.

Yohanes tidak akan menjadi seorang Kalvinisme (pengikut Calvin) atau seorang Kristen Armenia, namun dia akan membina dan mempunyai persekutuan yang baik dengan kedua aliran tersebut. Dia akan mengambil inti dari kebenaran-kebenaran yang dimiliki oleh keduanya. Yohanes juga bukan seorang Katolik, Protestan, Injili, Pentakosta, Karismatik atau jemaat gereja gelombang ketiga, keempat atau kelima, tetapi dia akan tetap mengasihi semua aliran tadi.

Yohanes tidak akan pernah mengalah terhadap perpecahan doctrinal yang bersifat kedagingan. Hal ini bukanlah karena dia tidak memiliki kepedulian tentang kebenaran, tetapi karena penglihatannya sudah cukup tinggi untuk merasakan kebenaran sebagaimana adanya. Dan satu kebenaran tidak akan bertentangan dengan kebenaran lainnya. Yohanes tidak memandang kebenaran hanya sebagai fakta-fakta semata, tetapi dia melihat Yesus sebagai kebenaran itu sendiri. Yohanes melihat jauh ke depan melampaui gereja, penglihatannya terpaku kepada Kristus yang telah dimuliakan.

Detak Jantung Tuhan

Secara tepat, Yohanes adalah orang pertama yang mencatat Doa Yesus yang terkenal itu di dalam Injilnya, sebelum Yesus memasuki masa minggu SuciNya. Ketika sedang menghadapi kematian, hal-hal utama yang ada di dalam hati akan tersingkap. Pada malam yang terakhir inilah, dengan teramat dalam Yesus mengekspresikan isi hatiNya dalam doa yang dipanjatkanNya kepada Bapa. Di dalam situasi seperti itu, Yesus berdoa untuk suatu hal yang menjadi perhatian Nya: gereja Nya.

Pertama-tama Dia berdoa, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, Firman-Mu adalah kebenaran “ (Yohanes 17:17). Untuk menjadi kudus di dalam kebenaran, perlu melibatkan lebih daripada hanya sekedar mempercayai kebenaran itu; dan kita diubahkan oleh kebenaran tadi.

Kebenaran dapat dihasilkan, bila kita mempercayai dengan hati kita, bukan dengan pikiran kita (Lihat Roma 10:10). Ketika hati kita mulai mempercayai apa yang ada di dalam pikiran kita, barulah kehidupan kita akan berubah secara radikal dan perkataan kita akan dipenuhi dengan kuasa. Aliran-aliran air hidup hanya mengalir keluar dari “manusia batiniah” dan perkataan-perkataan kita tidak akan hidup, jika tidak keluar dari hati kita yang paling dalam.

Pelayanan profetik dan sifat alamiah Yohanes akan membantu mengubah kebenaran-kebenaran besar yang telah tesimpan di dalam gereja, dari doktrin menjadi sebuah gaya hidup. Kebenaran akan menimbulkan persatuan, jika kebenaran itu hidup.

Tuhan kemudian melanjutkan doaNya: “…supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita…” (ayat 21). Hal ini bukanlah menyangkut suatu kesepakatan tentang doktrin, atau bahkan berkumpul bersama untuk mengerjakan proyek-proyek atau beberapa visi yang sama. Yesus berdoa agar gerejaNya memiliki kesatuan yang kuat, dimana kita semua akan saling bersatu dengan yang lain, sebagaimana Yesus bersatu dengan Bapa!

Persatuan yang seperti ini hanya bisa terjadi dengan satu cara, yaitu: dengan kita menerima hal terakhir yang didoakan Yesus bagi kita “supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka” (ayat 26). Perkataan ini mungkin merupakan sebuah pemikiran terhebat yang terkandung di dalam Alkitab, yaitu: bahwa di dalam diri kita berdiam kasih yang sama seperti kasih yang diberikan oleh Bapa kepada Yesus!

Yohanes juga menulis: “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kitta minta kepadaNya” (1 Yohanes 5:14-15).

Karena kita tahu bahwa pemikiran Yesus satu dengan pemikiran BapaNya dan Dia hanya berdoa menurut kehendak BapaNya, maka kita bisa mengetahui bahwa adalah kehendak Bapa agar kita memperoleh kasih yang sama seperti yang diberikan kepada anakNya. Adakah hal lain yang lebih penting daripada hal tadi untuk dicantumkan di dalam daftar doa kita yang paling utama?

Permintaan Anak yang terakhir, yang disampaikanNya sebelum masa minggu suciNya ini merupakan kunci dari penggenapan beberapa permintaan lain yang diajukanNya. Ketika kita memiliki kasih yang sama seperti kasih Bapa kepada Yesus, kita akan dikuduskan oleh kebenaran besar yang terdapat di alam semesta, bahwa Tuhan adalah kasih dan Dia menginginkan agar kita semua mengasihi AnakNya dengan kasih yang besar, sebagaimana Dia mengasihiNya. Kasih yang demikian tidak akan melukai atau menyebabkan perpecahan di dalam gerejaNya. Kasih yang seperti itu akan tetap suci, sesuci seorang mempelai perempuan yang mempersembahkan dirinya bagi suami yang dicintainya.

Kemuliaan Tuhan lebih menakjubkan daripada semaraknya warna-warni yang keemasan. Kemuliaan Tuhan yang sejati dinyatakan di dalam sifatNya. Dalam pengertian yang sesungguhnya, kemuliaan Tuhan akan lebih bisa dipahami di dalam kasih yang terdapat antara Bapa dan Anak. Roh Kudus adalah personifikasi dari kasih tersebut dan Dia ada untuk meyatakan kasihNya yang besar. Ketika Dia melayang-layang di atas “kekosongan yang tak berbentuk,” hal itu dilakukannya untuk mendatangkan Yesus.

[15] Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, [16] karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa, segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. [17] Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. [18] Ialah kepala tubuh, yaitu: jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dari segala sesuatu. [19] Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, [20] dan oleh Dia-lah, Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya…Kolose 1:15-20

Tuhan Yesus juga berdoa bahwa “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu” (Yohanes 17:22). Sifat Tuhan diperlihatkan di dalam kemuliaan Nya yang dipersonifikasikan secara sempurna di dalam diri Yesus. Dia telah memberikan kepada kita Yesus, agar Dia berdiam di dalam kita sehingga kita bisa menjadi satu. Jika seluruh ciptaan “disatukan” di dalam Dia, berapa banyak persatuan yang diperlukan oleh gereja, yang merupakan awal mula dari “ciptaan baru” di dalam Dia?

Selanjutnya Yohanes menyatakan kebenaran yang mendasar ini “tetapi jika kita hidup di dalam terang, sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain…” (1 Yohanes 1:17). Kata “persekutuan” (fellowship) berasal dari kata dua orang di dalam kapal” (two fello in a ship). Dan oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa karena mereka hanya berdua, mereka harus menjalin kerjasama bila ingin mencapai tujuan. Jika kita hidup di dalam terang, sebagaimana Dia ada di dalam terang, maka kita akan memperoleh persekutuan. Orang orang yang memisahkan diri dari persekutuan gereja, tidak lagi berdiam di dalam terang.

Kita harus memiliki ketiganya

Pengkotbah 4:12 berbunyi: dan bilamana seorang dapat dikalahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan. Ketika gereja dibangun di atas satu tiang yang hanya memberi penekanan kepada Petrus, maka kejahatan akan mudah mengalahkan gereja. Saat pelayanan Paulus mulai diterapkan dan ditekankan, maka keadaan gereja mulai berangsur stabil. Namun demikian, agar gereja bisa dibangun di atas dasar yang kokoh, yaitu: Yesus sendiri dan di seputar ketiga tiang utama iman tadi (Petrus, Paulus, Yohanes).

Ketika gereja menghentikan penginjilan dan upaya penjangkauan bagi dunia, maka dimulailah suatu proses yang menuju kepada kematian. Jika gereja tidak mengkombinasikan antara keinginan untuk menginjil dengan doktrin yang benar, gereja akan jatuh ke dalam kesalahan-kesalahan fatal seperti yang dialami gereja Abad Pertengahan. Namun demikian, apabila, gereja tidak mengkombinasikan kedua hal penting tadi dengan penglihatan profetik di dalam alam roh dan ketaatan dalam membina hubungan yang intim dengan Tuhan sebagaimana yang dikenal Yohanes, maka akan muncul suatu bentuk kesalehan yang mengingkari kuasa dan hadirat Tuhan.

Kita harus berterima kasih kepada Tuhan, yang telah memberikan kepada kita Petrus dan Paulus. Jika semua murid mempunyai sifat yang sama seperti Yohanes, maka tidak mungkin ke 3000 orang yang baru percaya pada hari Pentakosta dulu akan ditambahkan ke dalam gereja, atau orang orang yang bukan Yahudi tidak akan pernah mendengar Injil diberitakan kepada mereka.

Jika bukan karena Paulus dan ketaatan yang diperlihatkannya kepada kebenaran yang ada di dalam Perjanjian Baru, maka mungkin saja gereja bisa tersedot kembali ke dalam Yudaisme. Tetapi tanpa adanya pelayanan yang dilakukan Yohanes, kita mungkin akan memiliki gereja yang besar dan megah, yang berjalan dengan teratur dan sempurna, kecuali bahwa di gereja itu tidak akan ada Tuhan! Yesus sendiri adalah contoh dari seluruh pelayanan yang di sebut di atas ketika pelayanan itu dikombinasikan dengan hati sempurna milik Sang Gembala.

Pelayanan Profetik yang diwakili Yohanes menempati tempat khusus selama masa akhir zaman ini. Hal ini bukanlah karena pelayanan ini dianggap lebih penting daripada pelayanan lainnya, tetapi karena pelayanan ini memainkan peranan khusus dalam mempersiapkan mempelai perempuan menjelang kedatangan RajaNya. Tuhan rindu melihat mempelai perempuanNya bertumbuh menjadi semakin dewasa dan tampil ke depan tanpa “bernoda atau berkerut”.

Keadaaan tidak bernoda berbicara tentang kesucian; dan keadaan yang tidak berkerut berbicara tentang kemudaan yang kekal. Munculnya pelayanan profetik akan membantu mempersiapkan gereja, baik di dalam kekudusan hidup dan dalam kedekatan hubungan dengan Tuhan, yang merupakan sumber kasih masa mudanya bagi Tuhan.

 

5 artikel terakhir oleh admin

Categories: News & Lastest Updates