Mempersiapkan Diri Bagi Kedatangan Tuhan Yesus

November 2, 2009 - Author: admin - Comments are closed

Oleh: Ps.Niko Njotorahardjo

Apa Yang Harus Kita Lakukan?

1. Doa Pujian dan Penyembahan. Pada waktu saya di Yerusalem, Tuhan kembali berbicara dengan begitu kuat; “Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!” Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! “Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” Mazmur 24:7-10.

Tema dari Jerusalem House of Prayer for All Nations tahun ini, seperti tahun-tahun yang lalu, adalah: “Prepare The Way for The King of Glory” (Persiapkan jalan bagi Sang Raja Kemuliaan). Siapa Raja Kemuliaan itu? Yesus, Dialah Raja Kemuliaan. Siapa yang dimaksudkan pintu-pintu gerbang? Kita semua, bangsa-bangsa.

Dalam Ulangan 30:8 Tuhan membagi dunia ini seperti bilangan anak-anak Yakub yaitu 12. Jerusalem House of Prayer for All Nations mendapatkan satu pengertian dari Tuhan:

- Yerusalem Kuno mempunyai 12 pintu,

- di masa depan Yerusalem Baru juga mempunyai 12 pintu.

Kalau pintu Yerusalem Kuno diproyeksikan ke peta dunia, maka Indonesia termasuk Golden Gate, Bethany Gate. Justru nanti Tuhan Yesus masuk melalui Golden Gate. Ini bukan kebetulan. Kalau kita melihat hari-hari ini, pernyataan “ Indonesia bagi bangsa-bangsa” itu benar. Saya melihat sendiri bagaimana Tuhan bergerak dengan luar biasa, sehingga pada waktu saya di Amerika, mereka berkata: “Pelayanan seperti yang Anda punyai, ini yang diperlukan oleh Amerika.”

Pintu-pintu gerbang adalah kita semua, “Angkatlah kepalamu, … dan terangkatlah kamu,” maknanya adalah “doa, pujian dan penyembahan pintu-pintu gerbang bersama-sama dalam unity terus-menerus siang dan malam”. Itulah Pondok Daud. Ini berbicara tentang keintiman yang terus-menerus. Kalau Saudara intim, berarti Saudara ada di dalam hadirat-Nya, Saudara bisa bertemu dan bercakap-cakap dengan Dia. Inilah yang Tuhan kehendaki. Tetapi untuk bisa seperti itu:

2. Gereja Harus Menjadi Dewasa. Tidak mungkin kalau anak-anak yang mengalaminya, karena itu kejarlah kedewasaan rohani. Jangan berkata: “Saya ini baru bertobat, mana mungkin cepat menjadi dewasa.” Oh tidak, sekarang ini kalau Saudara mau dan rindu, maka Saudara akan menjadi dewasa. Ada suatu percepatan yang luar biasa pada hari-hari ini.

Pada waktu gereja kita berulang tahun yang ke 21, saya diingatkan tentang hukum di Indonesia ; yaitu orang yang sudah berumur 21 tahun dinyatakan akil balig/ dewasa, tidak lagi membutuhkan perwalian. Anak-anak, sukanya makanan yang lunak dan yang enak-enak. Kalau ditegur lalu merajuk/marah. Orang dewasa membutuhkan makanan keras, tidak hanya susu dan makanan yang lunak-lunak. Mereka bukan hanya menyukai hiburan, tetapi teguran juga. Ketika ditegur mereka tidak merajuk, sebaliknya malah bertobat.

Karakternya seperti prajurit: “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.” (2 Timotius 2:4). Tuhan Yesus berkata: “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu [apa yang Saudara butuhkan] akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:31-33).

3. Lolos Dalam Penyaringan. Memang kita semua dipersiapkan untuk menjadi Mempelai Kristus, yaitu orang yang hidupnya intim dengan Tuhan. Tetapi hari-hari ini Tuhan juga sedang membentuk satu pasukan khusus untuk menuai jiwa-jiwa. Caranya adalah dengan menyaring pasukan, seperti dulu ketika Dia merekrut 300 pasukan Gideon.

Bagaimana Tuhan merekrut pasukan Gideon? Tuhan menyuruh mengumpulkan seluruh orang Israel , ada 32.000 orang laki-laki. Tuhan berkata: “Yang takut, pulang saja.” Yang pulang ternyata 22.000 orang, sehingga tinggal 10.000 orang. Tuhan melihat masih banyak rakyat terdapat didalam 10.000 orang tersebut, sehingga disaring lagi dengan cara mereka disuruh minum.

Ternyata yang 9.700 orang minumnya sambil jongkok, mukanya langsung masuk ke air, sehingga yang dilihat hanya air saja, tidak melihat yang lain-lain. Air berbicara tentang berkat. Jadi 9.700 orang itu adalah kelompok orang yang hanya terpaku kepada berkat saja. Tetapi yang 300 orang yang dipilih, caranya minum adalah: dia jongkok, mengambil air dengan mencedok, menjilat seperti anjing, dan matanya tetap tertuju meskipun sekali-sekali melihat air. Ini yang dipilih oleh Tuhan.

Ke 300 prajurit itu minum, tetapi tidak melihat air/ berkat terus menerus. Minum sambil terus melihat visi ke depan. Hal itu mengingatkan saya akan lagu ini: “Kasih setia-Mu yang kurasakan, lebih tinggi dari langit biru, kebaikan-Mu yang telah Kau nyatakan, lebih dalam dari lautan, berkat-Mu yang telah kuterima, ‘sempat’ membuatku terpesona”

Memang saya pernah ditanya: “Pak, mengapa pakai kata ‘sempat’, tidak ‘selalu’ membuat aku terpesona?” Kalau ‘selalu terpesona’, itu seperti yang 9.700 orang tadi. Tetapi yang ‘sempat’ itu hanya sekali-sekali ‘terpesona’ melihat berkat itu, dilain sisi terus menerus bersyukur dan memandang kepada sang Pemberi Berkat, yaitu Yesus Kristus Tuhan. Marilah kita menguji diri kita masing-masing, kalau termasuk yang 300 ini berbahagialah Saudara.

Dikatakan ‘mereka menjilat seperti anjing’. Memang hari-hari ini hubungan kita dengan Tuhan harusnya seperti ‘Proskuneo’, yaitu gambaran hubungan seekor anjing dengan tuannya: Anjing, setianya kepada tuannya luar biasa dan Anjing, cintanya kepada tuannya luar biasa.

Pada waktu di Jepang saya melihat di sebuah stasiun kereta api ada patung anjing. Ada kisahnya: Anjing ini setiap pagi mengantar tuannya ke stasiun naik kereta api, sore harinya dia datang ke stasiun itu lagi untuk menjemput tuannya. Bertahun-tahun dia melakukan seperti itu. Pada suatu hari setelah pagi hari mengantar tuannya, sore harinya ketika dia datang ke stasiun untuk menjemput, tuannya tidak kunjung tiba, dan selama-lamanya anjing itu di situ terus menunggu tuannya sampai ia mati.

Saya ingat pernah punya seekor anjing, sampai umur 17 tahun baru mati. Kami memelihara anjing itu sejak umur 2 bulan. Semakin besar anjing itu kelihatan semakin mengasihi istri saya. Kemana saja istri saya dia mengikut terus, kalau tidur dia selalu mengambil tempat di bawah tempat tidur istri saya. Yang luar biasa kalau istri saya sakit, dia selalu berada di bawahnya. Kalau istri saya tidak bisa makan, dia juga tidak mau makan. Sekali-sekali ia berdiri naik ke ranjang mengamati istri saya, setelah itu dia turun tidur lagi. Diam-diam ia selalu melihat wajah istri saya, kadang dia ber-action sampai istri saya ketawa-ketawa.

Pada waktu di Amerika saya ditanya Tuhan: “Seringkah/pernahkah kamu membuat Aku tertawa?” Pertanyaan berlaku juga buat Saudara. Apakah hidup kita itu menyenangkan hati Tuhan, dan intim dengan Tuhan?

4. Hidup di Hadapan Tuhan. Pada waktu di Yerusalem saya diingatkan tentang suatu hukum bagi orang laki-laki Israel: 3 kali setahun harus menghadap Tuhan di Yerusalem. Yerusalem letaknya di atas bukit, jadi kalau mau menghadap Tuhan mereka harus berjalan mendaki. Setiap kali menghadap tidak boleh dengan tangan kosong, harus membawa persembahan. Sambil mendaki, mereka harus menyanyikan Mazmur 120-134, itu adalah nyanyian ziarah.

Sambil mendaki mereka menyanyikan lagu ini. Pekerjaan rumah buat Saudara: baca Mazmur 120-134!! Ini Mazmur yang bertingkat, naik mendaki ke atas. Kalau Saudara melihat puncaknya adalah Mazmur 134: “Pujilah Tuhan, hai semua hamba Tuhan, Yang melayani di Rumah Tuhan, Angkat tanganmu ke tempat kudus, Pujilah Tuhan, puji nama-Nya.”

Kita semua mengerti; kalau kita memuji-muji Tuhan dengan benar dan menyenangkan hati Tuhan, maka Tuhan akan bertahta di atas puji-pujian kita. Saudara akan bertemu dengan Tuhan. Ini berbicara tentang orang Israel menghadap Tuhan, dan ini juga merupakan pesan Tuhan buat kita. Hari-hari ini kita harus banyak menghadap Tuhan, berada di dalam hadirat-Nya, bercakap-cakap intim dengan Dia. Saudara bisa katakan apa saja yang Saudara perlukan kepada Tuhan. Ini rahasia yang harus Saudara mengerti.

Kadang-kadang kita bertanya-tanya: “Mengapa Tuhan tidak mendengar doa kita?” Oh tidak, Dia mendengar, apalagi kalau Dia bertahta di atas puji-pujian kita, dan bertanya kepada Saudara: “Apa yang kamu mau Aku lakukan bagimu?” Untuk mencapai Mazmur 134 ada suatu pendakian dari Mazmur 120, 121 dan seterusnya. Sebelum membaca keseluruhan Mazmur 120-134 tersebut, Saudara belum punya suatu gambaran keseluruhannya.

Mazmur 120 itu luar biasa: “Cukup lama aku tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang membenci perdamaian. Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka mereka menghendaki perang.” (Mazmur 120:6-7). Judulnya “Dikejar-kejar fitnah”. Dalam keadaan seperti itu, kita semua harusnya menyukai perdamaian: “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Roma 12:18).

Mazmur 120:1 berkata: “… Dalam kesesakanku aku berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab aku.” Kalau ini Saudara lakukan, maka engkau akan bertemu dengan Tuhan. Tetapi kalau Saudara melakukan yang sebaliknya, maka Saudara tidak akan bertemu dengan Tuhan. “Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!” (Mazmur 131:3). Hari-hari ini kalau hidup Saudara dalam kondisi seperti yang dialami oleh kota Padang , jangan coba berharap kepada yang lain. Tetapi sebelum seperti itu, hari ini kita berharap hanya kepada Dia.

Pemazmur mengajarkan bagaimana caranya berharap kepada Tuhan: “Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.” (Mazmur 130:6). Seorang pengawal yang mengawal pada malam hari, sangat mendambakan datangnya pagi hari.

Dulu saya pernah mengalami jadi pengawal, ketika dalam perkemahan Pramuka. Di dalam berkemah ada suatu aturan, kita harus siap diserang oleh regu/kelompok lain. Kalau mereka bisa mengambil sesuatu dari tempat kita, berarti mereka yang menang dan kita yang kalah. Malam hari kita harus berjaga-jaga, tidak boleh tidur. Saya ingat pada waktu itu suasana malam hari sangat mencekam dan gelap, jarak beberapa meter saja sudah tidak bisa melihat apa-apa. Yang diharapkan hanya satu, semoga pagi cepat datang, dan permainan itu selesai, lega rasanya.

Kita di dalam mengharapkan pertolongan Tuhan, itu rasanya lebih daripada seorang pengawal yang mengharapkan pagi, rasanya “pagi” itu datangnya lama sekali. Tetapi satu hal yang pasti: fajar pasti merekah, “pagi” pasti datang. Apakah Saudara mempunyai persoalan seperti itu? Engkau mengharapkan pertolongan Tuhan, tetapi lama sekali rasanya. Berharaplah terus kepada Tuhan, lebih daripada pengawal mengharapkan pagi, karena pagi/fajar pasti merekah, persoalan Saudara pasti selesai, pertolongan hanya dari Tuhan.

Di Mazmur 133, sebelum Mazmur 134, ada sesuatu yang luar biasa yang harus kita kerjakan: “..alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.” (Mazmur 133:1-2). Kalau Saudara lakukan itu, pengurapan Tuhan akan turun, urapan yang Tuhan berikan kepada saya, akan sampai kepada Saudara. Apa yang saya punya, akan Saudara dapatkan juga.

“Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” (Mazmur 133:3). Memang untuk mencapai ini, seperti pesan Tuhan yang disampaikan oleh Tommy Tenney beberapa waktu yang lalu, yaitu: kita harus mewujudkan unity. Unity ada tingkatannya:

- Dengan pribadinya sendiri.

- Di antara keluarga.

- Dengan orang-orang di sekitarnya.

- Di gereja.

- Antar gereja.

Kalau ini terjadi maka TRANSFORMASI untuk INDONESIA terjadi.

 

5 artikel terakhir oleh admin

Categories: News & Lastest Updates