Bersandar Pada Janji Allah

June 8, 2010 - Author: ninda - Comments are closed

Ditulis oleh Sunanto

“Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” — Roma 4:20-21

Bila hari ini saya masih bisa bertahan dan tetap berdiri teguh dalam iman oleh kasih karuniaNya, salah satu rahasianya karena saya berpegang pada janji Allah. Janji-janjiNya telah menopang hidup saya, terutama ketika hidup ini dipenuhi begitu banyak perkara yang sukar dan tak terpahami oleh pikiran saya yang terbatas ini. Salah satu janjiNya kepada saya adalah Ia akan memakai saya untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Setiap hari dalam doa pribadi, saya mendoakan dan mengakui (confess ) dengan iman janji tersebut.

Ada kalanya dalam mengikut Tuhan, kita akan diijinkan mengalami masa-masa yang sangat sulit. Masa-masa sulit tersebut biasanya merupakan masa persiapan dari Tuhan untuk mempersiapkan kita dalam menggenapi apa yang telah Ia janjikan. Antara tempat kita menerima janji Allah dan penggenapannya selalu ada masa-masa sukar yang harus dilalui sebagai masa persiapan bagi penggenapan janji tersebut.

promise-mug

Musa, Abraham, Yusuf, Daud dan para pahlawan iman lainnya mengalami masa-masa sukar sebelum janji Tuhan digenapi dalam hidup mereka. Kitapun juga pasti akan mengalami hal yang sama sebab memang begitu prinsipnya. Setiap orang yang menerima visi ilahi pasti akan mengalami yang namanya proses kematian visi. Sayapun pernah mengalami proses kematian visi tersebut. Proses kematian visi merupakan keadaan dimana kita mengalami sebuah situasi yang berlawanan dengan visi yang Tuhan telah berikan sehingga kita merasa visi tersebut tidak akan pernah terwujud. Abraham dijanjikan oleh Tuhan akan menjadi bapak banyak bangsa dan keturunannya akan seperti pasir di lautan serta seperti bintang di langit. Akan tetapi, Abraham harus mengalami proses kematian visi tersebut dimana baru pada hari tuanya dan ketika istrinya Sarah sudah mati haid baru janji tersebut mulai digenapi. Secara akal sehat, Sara tidak mungkin lagi dapat hamil sebab sudah mati haid namun Allah sanggup menggenapi apa yang telah Ia janjikan sekalipun itu di luar akal manusia.

Sebenarnya Tuhan jauh lebih ingin menggenapi apa yang Ia telah janjikan daripada keinginan kita akan penggenapan janji tersebut. Tetapi masalahnya seringkali kita tidak siap untuk menerima penggenapan janji tersebut sehingga Tuhan harus mengijinkan kita mengalami proses persiapan untuk menerima penggenapan tersebut. Bila kita tidak siap untuk menerima penggenapan janji Allah maka janji tersebut bukannya menjadi berkat malah sebaliknya akan menjadi kutuk. Oleh sebab itu jangan tanyakan kapan janji tersebut akan digenapi melainkan persiapkanlah diri kita sebaik mungkin sehingga dikala waktunya telah tiba kita akan siap menerimanya. Percayalah, bila kita sudah siap maka pasti Tuhan akan menggenapi apa yang telah Ia janjikan.

Saya menemukan banyak anak Tuhan yang telah menerima visi dari Tuhan tetapi hanya sedikit yang bisa menggenapinya. Jauh lebih sulit menggenapi sebuah visi daripada ketika menerimanya. Dibutuhkan perjuangan keras, kesabaran, ketekunan dan kebulatan tekad untuk bisa menggenapi sebuah visi. Kita perlu berjuang sampai titik darah penghabisan seperti pelari maraton yang hendak berlari untuk mencapai garis finish. Alkitab disebut kitab perjanjian sebab memang berisi janji-janji Tuhan kepada umatNya. Salah satu janji tersebut adalah jaminan pemeliharaan atas hidup dan masa depan kita. Tuhan berjanji bahwa orang benar tidak akan ditinggalkan dan anak cucunya tidak akan kelaparan atau meminta-minta roti (Mzm 37:25). Bukan saja diri kita yang dijamin, bahkan anak cucu kita saja dijamin tidak akan menjadi pengemis. Saya percaya bila kita berjalan dalam kebenaran dan hidup seturut kehendakNya maka anak cucu kita akan menjadi berkat serta mewarisi negeri.

Menjelang Pemilihan Presiden ini banyak orang yang kuatir bila nanti Pemerintah yang terpilih tidak dapat memerintah dengan baik. Sebagai orang beriman seharusnya kita tidak perlu kuatir akan masa depan kita sebab masa depan kita sudah dijamin oleh FirmanNya. Masa depan kita bukan tergantung dari para Politisi atau Presiden yang terpilih nanti. Tuhan yang menjamin dan memelihara kehidupan kita, bahkan sampai ke anak cucu kita. Bukan maksud saya mengatakan kita tidak perlu peduli dengan kondisi bangsa ini. Tentu saja kita harus peduli dan berdoa dengan sungguh-sungguh agar pemerintahan yang akan datang merupakan pilihan Tuhan sehingga bangsa ini bisa dipulihkan dari segala krisis dan kerusakannya. Kita juga perlu menggunakan hak pilih sesuai hati nurani dan pimpinan Tuhan dalam PilPres mendatang. Akan tetapi, siapapun yang terpilih nanti tetap jaminan kehidupan kita ada di tangan Tuhan, bukan di tangan manusia. Tuhan menjanjikan masa depan yang penuh harapan buat setiap kita. RancanganNya bukanlah rancangan kecelakaan melainkan rancangan yang mendatangkan damai sejahtera (Yer 29:11). Ucapkan dan renungkan ayat ini sampai meresap ke dalam jiwa dan roh anda. Saya mengucapkan ayat ini setiap hari dan mendoakannya dalam doa pribadi saya.

Pemazmur berkata, Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku ( Mzm 119:92 ). Cintailah dan tempatkanlah FirmanNya sebagai yang terutama dalam hidup anda. Renungkanlah siang dan malam serta hiduplah menurut apa yang diperintahkanNya. Tuhan menjamin hidupmu akan seperti pohon yang tidak pernah berhenti berbuah dan apa saja yang engkau perbuat pasti akan berhasil. Percayalah, Allah sanggup dan berkuasa menggenapi apa yang telah Ia janjikan asalkan kita percaya dan tidak bimbang terhadap janjiNya tersebut.

 

5 artikel terakhir oleh ninda

Categories: Artikel & Tips

Discussion (1 Comment)

  1. Thanks buat renungannya, bagus sekali. Untuk mengingatkan setiap anak-anak Tuhan agar tetap berpegang akan janji-janji Tuhan, sebab banyak anak Tuhan yang patah ditengah jalan sebab kurang tekun dalam perlombaan dan kurang memegang janji Tuhan. Sekali lagi terima kasih God bless.

    Pdt Herdy Hutabarat