Allah Sebagai BAPA

July 14, 2013 - Author: nelly - Comments are closed

Ibadah Raya Minggu, 14 Juli 2013

Bpk. David Devlim Halim

ditulis oleh: Imelda Hasibuan Simanjuntak

Dalam perjanjian lama kita banyak menemukan sebutan/Julukan bagi Bapa surgawi. Diantaranya El Shaddai -Tuhan Maha Kuasa, Immanuel -Tuhan beserta kita, Jehovah Rappha- Allah sang Penyembuh, Jehovah Jireh- Allah sang penyedia, Jehovah Nissi- Allah adalah panjiku, Jehovah Shalom- Allah damai sejahtera. Tetapi ketika Tuhan Yesus melayani di bumi, Tuhan Yesus lebih banyak mengangkat satu nama yaitu Allah sebagai Bapa (Bapa Surgawi). Bapa adalah figur yang sangat dekat dengan anak anakNya. Setiap kita memiliki Bapa di dunia ini. Namun Bapa surgawi merupakan sosok Bapa yang luarbiasa melebihi Bapa duniawi kita. Bapa surgawi adalah Bapa yang penuh kuasa. Tuhan Yesus memulai pelayananNya di bumi sejak usia 30 tahun. Dan dalam pelayananNya Tuhan Yesus lebih dari 100 kali menyebut nama Bapa. Dalam doa Bapa kami yang tertulis dalam Matius 6:9 dikatakan Bapa kami yang disurga, dikuduskanlah namaMu. Bapa adalah sebuah nama atau panggilan yang menunjukkan hubungan kedekatan. Orang Yahudi memanggil Bapa mereka dengan sebutan ABBA. Dalam alkitab ABBA juga merupakan panggilan kita kepada Bapa yaitu Tuhan. Hal ini menunjukkan betapa Tuhan menempatkan posisi kita begitu dekat dengan hatiNya.

Perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:11-19)
15:11 Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. 15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. 15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.

Dari kisah di atas kita bisa menyimpulkan bahwa pada awalnya dua anak laki laki itu tinggal bersama sama dengan ayah mereka di rumah Bapa mereka. Anak yang bungsu meminta harta warisan dari ayahnya yang masih dalam keadaan sehat, sangat kontras dengan pembagian warisan yang biasanya dilakukan ketika seorang ayah atau orangtua dalam keadaan sudah sakit keras atau meninggal. Dari hal ini dapat kita simpulkan bahwa anak bungsu ini memiliki kecintaan akan uang. Uang menjadi prioritas hidupnya. Tuhan tidak melarang kita memiliki uang. Tetapi Tuhan tidak mau uang memperhamba kita. Tuhan tidak mau uang menjadi tuan dalam hidup kita. Karena seharusnya kitalah yang menjadi tuan atas uang, atas apa yang kita miliki. Dan kita tahu bahwa akar dari segala kejahatan adalah cinta uang (1 Timotius 6:10). Orang yang cinta uang biasanya menjadi hamba uang. Melakukan segala sesuatu untuk uang. Selain cinta uang hal lain yang bisa disimpulkan dari sikap anak bungsu ini adalah dia menolak pemeliharaan Bapa. Dia memberontak terhadap orangtua dan tidak sabar.Dia lebih memilih hidup keluar dari rumah Bapa. Jauh dari rumah Bapa. Dalam adat Yahudi, anak sulung mendapat bagian lebih besar dari anak bungsu. Si sulung mendapatkan 2/3 atau double portions. Dan sibungsu mendapatkan 1/3 dari harta warisan orangtuanya. Dari perumpamaan anak yang hilang ini inti dari kisah ini, subyeknya adalah Bapanya. Kasih Bapa terhadap anakNya. Dalam ayat 13 si anak pergi ke negeri yang jauh, menghabiskan semua hartanya , mengalami masa kelaparan di negeri itu yang pada akhirnya menjadi pekerja sebagai penjaga babi. Hidup dalam kesulitan yang luarbiasa membawanya kembali teringat pada Bapanya. Ketika ia ada pada titik nol, maka ia ingat kembali betapa jauh hidup lebih layak dan baik di rumah Bapanya. Akhirnya ia memutuskan kembali ke rumah Bapanya(ayat 20). Sang anak yang mengecewakan Bapanya namun Bapanya menyambut dia dengan berlari dan menyiapkan pesta karena anakNya yang hilang telah kembali. Dikatakan bahwa ketika si anak masih jauh sang Bapa sudah melihat dan berlari menghampiri sang anak dan memeluk serta menciumnya. Hal ini menunjukkan betapa Bapa terus menunggu dan merindukan sang anak untuk kembali kepada Bapanya. Bapa menunggu setiap saat memandang dari kejauhan menunggu apabila sang anak kembali padaNya. Di Israel laki laki memakai jubah yang panjang seperti rok panjang. Artinya sang Bapa berlari menghampiri sang anak dengan mengangkat jubahNya dan berlari. Ini menggambarkan kasih Bapa yang luarbiasa. Kasih yang tanpa syarat dan kasih yang penuh dengan maaf dan penerimaan. Kasih AGAPE, itulah kasih Bapa terhadap anakNya. Ayat 21: sang anak berkata : Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Belum selesai dia melanjutkan untuk mengatakan biarlah aku menjadi orang upahan Bapa, sang Bapa sudah memotong pembicaraan sang anak dan memanggil pelayan untuk mempersiapkan anakNya dengan jubah dan perlakuan yang baik selayaknya seorang anak Bapa. Hal ini menggambarkan dengan sangat jelas betapa Tuhan mengasihi anakNya tanpa berharap balasan atau menunggu apa yang bisa kita perbuat bagiNya. Jubah terbaik yang disediakan Bapa bagi anakNya merupakan simbol dari kebenaran di dalam kristus. Kita memperoleh jubah dari Bapa karena kita memperoleh anugerah pembenaran dari Yesus Tuhan. Jubah kebenaran hanya kita peroleh dari Bapa surgawi melalui Yesus. Itulah jubah TERBAIK. Jubah yang terbaik dalam cerita ini menggambarkan anugerah Bapa terhadap anakNya. Kemudian sang anak di beri cincin. Cincin merupakan simbol dari kekuasaan atau otoritas. Kemudian dikenakan sepatu/kasut pada kakinya. Pada masa itu, kasut kulit hanya bisa dipakai oleh orang orang tertentu, bangsawan yang kaya raya. Kasut ini berbicara mengenai status. Artinya statusnya kembali menjadi anak dan ahli waris BapaNya, bukan budak. Kemudian Bapa menyediakan pesta dengan menyembelih lembu tambun karena anakNya yang hilang sudah kembali. Ini berbicara bahwa Tuhan selalu akan member berkat yang terbaik(lembu tambun). Pemeliharaan Tuhan sempurna atas hidup kita anak anakNya. Dalam memberi Bapa tidak menunggu waktu, tapi langsung memberi yang terbaik terlebih dahulu sebelum kita melakukan apapun untukNya. Tuhan tidak menuntut balas atas kasihNya kepada kita. Sekalipun anakNya memberontak, Bapa tetap menyambut, memeluk, mencium dan mengasihi.

Dalam kisah yang lain, Matius 19:16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup e yang kekal? f 19:17 Jawab Yesus: “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah g Allah.” 19:18 Kata orang itu kepada-Nya: “Perintah yang mana?” Kata Yesus: “Jangan membunuh, jangan berzinah, h jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu i dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. j 19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” 19:21 Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, k pergilah, juallah segala milikmu 1 dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, l maka engkau akan beroleh harta di sorga, m kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” 19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. 19:23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya n untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga 2 . 19:24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” 19:25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” 19:26 Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin. o

Dari cerita ini, anak muda yang kaya ini sudah melakukan semua hukum taurat, namun dia belum pernah mengalami kasih Bapa. Sehingga ketika dia Tuhan anjurkan untuk menjual semua hartanya dia memilih untuk pergi berlalu dari Tuhan.

Kisah yang lain adalah tentang Zakheus. Lukas 19:1 1 Yesus masuk ke kota Yerikho v dan berjalan terus melintasi kota itu. 19:2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. 19:3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. 19:4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara w untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. x 19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” 19:6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. 19:7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa. y 19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: z “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin 2 dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas a dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat. b 19:9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. c 19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.

Dalam kisah ini, Zakheus tidak melakukan apa apa di bandingkan anakmuda yang kaya yang melakukan seluruh hukum taurat. Zakheus hanya ingin melihat Yesus dengan memanjat pohon. Zakheus sang pemungut cukai yang merupakan orang yang suka memeras orang lain, artinya bukan orang yang baik, tetapi Tuhan menyambut dia dan ingin menumpang di rumah orang berdosa ini. Inilah yang disebut sebagai anugerah. Perbedaan dari 2 cerita diatas adalah KASIH BAPA. Anakmuda yang kaya datang dengan kebanggaan sudah melakukan seluruh hukum taurat, namun berlalu begitu saja begitu Tuhan memerintahkan ia menjual semua hartaNya dan ikut Tuhan. Sebaliknya Zakheus taat dengan mengganti semua bagian hak orang orang yang pernah diperasnya. Hal ini terjadi karena Zakheus menerima kasih Bapa. Dia merasakan kasih dan penerimaan Bapa. Bahkan ketika ia masih berdosa dan belum melakukan apa apa bagi Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin. Dalam catatan alkitab Tuhan Yesus tidak pernah menumpang di rumah orang farisi atau ahli ahli taurat. Tuhan justru banyak ada berkumpul diantara orang orang berdosa. Zakheus menghabiskan seluruh hartanya untuk dikembalikan kepada orang orang yang diperasnya karena dia sudah menerima Kasih Bapa yang tanpa batas yang memampukan dia melakukan hal hal yang radikal. Demikian halnya dengan kita, sebagai orang Kristen, anak Tuhan, kita harus memiliki pengertian yang benar akan kasih Bapa surgawi. Kita harus mengerti betapa besar dan tidak terbatasnya kasih Bapa bagi kita. Jika kita memiliki pemahaman ini kitapun bisa seperti Zakheus melakukan hal hal yang radikal bagi Tuhan. Tuhan Yesus adalah anak yang Bapa kasihi. Anak tunggal Bapa. Bapa mengorbankan Yesus di kayu salib, demi menebus kita orang berdosa. Seharusnya kita yang layak mati disalib karena pelanggaran dan pemberontakan kita, tetapi karena begitu besar kasih Bapa, hingga ia mengorbankan anakNya yang tunggal ganti kita (Yoh 3:16). Sampai kita memahami hal ini, barulah kita bisa mengerti betapa besar kasih Bapa bagi kita. Betapa panjang, lebar, luas, tak terukur kasih Bapa bagi kita. Terpujilah Tuhan yang begitu baik.

Tuhan Yesus memberkati!

 

5 artikel terakhir oleh nelly

Categories: Sermon Note